BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Memasuki milenium baru
Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah
kesehatan
yang dipengaruhi oleh banyak
faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindangan kesehatan. Secara
makro paradigma sehat
berarti
semua
sektor
memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan
sehat, secara
mikro
berarti pembangunan
kesehatan lebih menekankan
upaya promotif
dan preventif
tanpa mengesampingkan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan
visi
Indonesia Sehat 2010,
dimana ada 3 pilar yang
perlu mendapat
perhatian khusus, yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata.
Untuk perilaku sehat
bentuk konkritnya yaitu
perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko
terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.
Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010
telah ditetapkan
misi pembangunan yaitu
menggerakkan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan. mendorong kemandirian masyarakat untuk
hidup
sehat.
memelihara dan
meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyaralat bes erta lingkungannya.
Untuk melaksanakan misi pembangunan kesehatan diperlukan promosi
kesehatan, hal
ini
disebabkan program promosi
kesehatan berorientasi pada
proses pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, melalui peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan
kesehatannya. Hal ini sesuai
dengan yang ditekankan dalam paradigma sehat, dan salah satu pilar utama Indonesia Sehat
2010.
Seiring dengan cepatnya perkembangan
dalam era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit,
maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan
gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan
kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan
merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku
yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan.
Mengingat dampak dari perilaku
terhadap derajat
kesehatan cukup besar,
maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang
sekarang bernama Pusat
Promosi Kesehatan. Sebagai daerah model/laboratoriumnya adalah Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Tangerang, Provinsi Jawa Barat.
Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan program PHBS, mulai dari pelatihan petugas pengelola PHBS tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan Puskesmas,
memproduksi dan menyebarkan buku Panduan
Manajemen
Penyuluh
Kesehatan
Masyarakat
tingkat Provinsi, Kabupaten,
dan Puskesmas; memproduksi dan
menyebarkan buku
Pedoman Pembinaan
Program PHBS di
tatanan rumah tangga, tatanan tempat umum, tatanan sarana kesehatan, serta membuat buku saku PHBS untuk petugas puskesmas.
Hasilnya sampai tahun 2001 tenaga kesehatan yang telah
terlatih PHBS tingkat
provinsi 100% (30 provinsi), 76% kabupaten/kota, 71.3% puskesmas. Pencapaian
klasifikasi III dan IV (1998) 38.89% tatanan rumah tangga, 50% institusi pendidikan,
33.3%
tatanan tempat kerja, 35.3% tatanan
tempat umum.
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program PHBS adalah kemitraan/
dukungan lintas
program/lintas sektor rendah, kemampuan
teknis
petugas
rendah, mutasi petugas
terlatih, alokasi
dana
terbatas, perubahan struktur organisasi,
Indikator PHBS skala Nasional, indikator PHBS tatanan,
pemetaan tatanan sehat, pemetaan PHBS individu.
Altematif pemecahan adalah
melalui kegiatan advokasi kebijakan, koordinasi dan keterpaduan manajemen, peningkatan kemampuan
teknis pelaksana PHBS,
menetapkan indikator PHBS individu skala nasional dan
pembobotan, menetapkan
indikator PHB S tatanan,
melakukan asistensi, pemetaan
tatanan sehat serta PHBS individu.
Berdasarkan masukan
dari lapangan, salah satu altematif pemecahan masalah yang perlu
segera dilaksanakan adalah review buku
Panduan Manajemen Penyuluhan Kesehatan Masyarakat tingk at
Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Puskesmas yang dikeluarkan tahun
1997, karena
buku panduan
tersebut sudah
tidak cocok
lagi digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
pada era otonomi daerah. Untuk itu perlu perbaikan
mulai dari pengkajian sampai dengan pemantauan dan penilaian.
Tujuan disusunnya buku panduan
ini
untuk memberikan gambaran,
arahan, acuan bagi pengelola program PHBS, sehingga dapat melaksanakan tugas pekerjaan yang terkait
dengan pembinaan
program PHBS
dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat saling mengisi dan bekerjasama dalam melaksanakan program pembangunan kesehatan.
B.
PENGERTIAN
1. Perilaku
Sehat
Adalah pengetahuan, sikap dan tindakan
proaktif untuk
memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit, serta berperan
aktif dalam Gerakan
Kesehatan Masyarakat.
2. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah wujud keberdayaan
masyarakat yang sadar,
mau dan
mampu mempraktek - kan
PHBS.
Dalam
hal
ini
ada
5
program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
3. Program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi
bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap
dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan
pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali
dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam
tatanan masing-masing, dan
masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
4. Tatanan
Adalah tempat dimana
sekumpulan orang hidup, bekerja,
bermain,
berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan
PHBS yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.
5. Kabupaten
Sehat/Kota Sehat
Adalah kesatuan wilayah administrasi pemerintah
terdiri dari desa-desa, kelurahan. kecamatan yang
secara
terus
menerus
berupaya meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat dengan
prasarana wilayah
yang memadai, dukungan kehidupan sosial, serta perubahan
perilaku menuju
masyarakat aman, nyaman
dan sehat secara mandiri.
6. Manajemen
PHBS
Adalah pengelolaan PHBS yang dilaksanakan melalui 4 tahap kegiatan.
yaitu 1). Pengkajian, 2).
Perencanaan, 3). penggerakkan pelaksanaan, 4).
pemantauan dan penilaian.
BAB II
Manajemen Program PHBS
Manajemen Program PHBS
A.
Kerangka
Konsep
Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan; diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap
pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai
dengan pemantauan dan penilaian.

Selanjutnya dalam program
promosi kesehatan
dikenal adanya
model pengkajian dan
penindaklanjutan (precede proceed
model) yang
diadaptasi dari konsep
L W Green:
Model ini
mengkaji masalah perilaku
manusia dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara
menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku
tersebut kearah yang lebih positif. Proses pengkajian mengikuti anak panah dari kanan ke
kiri, sedang proses penindaklanjutan dilakukan dari kiri ke kanan. Dengan demikian manajemen
PHBS adalah penerapan keempat proses manajemen
pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan.
Kualitas hidup adalah sasaran utama
yang ingin
dicapai di bidang Pembangunan
sehingga
kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat sesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup
semakin tinggi. kualitas hidup ini salah
satunya dipengaruhi
oleh derajat
kesehatan. Semakin tinggi
derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin
tinggi.
Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dengan
adanya derajat kesehatan akan
tergambarkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Yang
paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan. Contoh seseorang menderita diare karena minum air yang tidak dimasak (masalah perilaku), seseorang menderita kanker paru padahal orang itu tidak merokok tetapi kehidupannya tidak lepas dari lingkungan kerja yang merokok (masalah lingkungan).
Faktor lingkungan adalah faktor
fisik,
biologis dan
sosial budaya yang langsung/tidak mempengaruhi derajat kesehatan.
Faktor perilaku
dan gaga hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanva aksi dan
reaksi seseorang atau
organisme
terhadap
lingk -umgannya. Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan,
sedangkan gaga hidup merupakan pola kebiasaan
seseorang atau
sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trend
yang berlaku dalam kelompok
sebayanya, ataupun hanya
untuk
meniru dari tokoh
idolanya. Contoh seseorang
yang mengidolakan aktor atau artis yang tidak merokok.
Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
Ada 3
faktor penyebab mengapa
seseorang melakukan perilaku
tertentu yaitu faktor pemungkin, faktor pemudah dan faktor penguat.
Faktor pemungkin
adalah faktor pemicu terhadap
perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Ternasuk didalamnya keterampilan petugas kesehatan, ketersediaan
sumber
daya dan komitmen
masyarakat
atau pemerintah terhadap kesehatan.
Contoh petugas penyuluhan menyarankan agar masyarakat dapat mengkonsumsi
tempe,
karena selain murah juga mengandung gizi
yang tinggi.
Tetapi karena
di daerah tersebut
tidak ada
produsen tempe, maka hal tersebut tidak dapat diterapkan.
Faktor pemudah
adalah
faktor
pemicu
atau anteseden terhadap
perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan
dan
nilai yang dimiliki oleh
seseorang. Contoh
seseorang tidak
merokok karena mereka yakin bahwa rokok dapat membahayakan kesehatan.
Faktor pengua t
adalah faktor
yang menentukan
apakah tindakan
kesehatan memperoleh dukungan atau
tidak. Faktor
ini
terwujud dalam bentuk
sikap dan perilaku
petugas kesehatan
atau petugas
lainnya yang
merupakan kelompok yang dipercaya oleh
masyarakat. Contoh petugas
kesehatan
memberikan keteladanan dengan melakukan
cuci tangan sebelum
makan, atau selalu
minum air yang sudah dimasak.
Ketiga faktor penyebab
tersebut
di atas dipengaruhi
oleh faktor penyuluhan dan faktor kebijakan. peraturan serta organisasi. Semua faktor faktor tersebut merupakan
ruang lingkup promosi kesehatan.
Faktor lingkungan adalah segala
faktor
bail:
fisik.
biologis maupun
sosial
budaya yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi derajat kesehatan.
Promosi kesehatan adalah -proses
memandirikan masyarakat agar dal memelihara dan
meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter 1986).Prom kesehatan lebih menekankan pada lingkungan untuk terjadinya perubahan perilaku. Contohnya masyarakat dihimbau untuk membuang sampah di tempatnya, selanjutnya diterbitkan peraturan dilarang
membuang sampah
sembarangan. Himbauan dan peraturan
tidak
akan berjalan,
apabila tidak
diikuti dengan penyediaan fasilitas tempat sampah yang memadai.
Demikian penjelasan singkat mengenai precede proceed model yang dikaitkan dengan
program
PHBS. Selanjutnya sebelum melaksanakan langkah-langkah manajemen PHBS, terlebih
dahulu dilakukan kegiatan persiapan yang
meliputi :
1. Persiapan sumber daya manusia,
tujuannya
untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen pengelola program Promkes, bentuk kegiatanya
yaitu :
a. Pemantapan program PHBS bagi pengelola program Promkes (internal)
b. Sosialisasi dan advokasi kepada para pengambil keputusan c. Pertemuan lintas program dan pertemuan lintas sektor
d. Pelatihan PHBS
e. Lokakarya PHBS
f. Pertemuan
koordinasi dengan
memanfaatkan forum
yang sudah
benjalan baik resmi maupun tidak resmi.
2. Persiapan teknisdan administratif, tujuannya untuk
mengidentifikasi
kebutuhan sarana baik
jumlah,
jenis maupun sumbernya serta dana yang, diperlukan.
Persiapan administrasi, dilakukan melalui :
a. Surat menyurat, membuat surat undangan, dll. b. Penyediaan ATK, transportasi, AVA, dana, dll. c. Pencatatan
dan pelaporan.
d. Pemantauan.
B. Tahap Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah
untuk mempelajari, menganalisis dan
merumuskan masalah perilaku
yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan
pengkajian meliputi pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif
dan pengkajian sumber daya (dana, sarana dan tenaga)
1. Pengkajian
masalah PHBS secara kuantitatif. Langkah-langkah kegiatan sebagai be rikut :
a. Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan ini
meliputi data perilaku
dan bukan
perilaku yang
berkaitan dengan
5 program prioritas
yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan,
gaya hidup, dan JPKM
dan
data lainnya sesuai
dengan kebutuhan
daerah. Data tersebut
dapat dipefoleh dari Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sebagai informasi pendukung untuk memperkuat permasalahan PHBS yang ditemukan di lapangan. Selanjutnya dibuat simpulan
hasil analisis data sekunder tersebut.
Hasil yang diharapkan pada tahap pengkajian ini adalah :
?? Teridentifikasinya masalah perilaku kesehatan di wilayah tertentu
?? Dikembangkannya pemetaan PHBS pertatanan
?? Teridentifikasinya masalah lain yang berkaitan (masalah
kesehatan, faktor penyebab
perilaku, masalah pelaksanaan
dan sumber daya penyuluhan, masalah kebijakan, administrasi, organisasi.
?? Dan lain-lain.
b. Cara Pengambilan Sampel PHBS Tatanan Rumah Tangga
Dalam melaksanakan pengumpulan data
perilaku sehat
di
tatanan rnunah tangaa
secara keseluruhan
terlalu berat untuk dilaksanakan,
hal ini disebabkan karena keterbatasan
dana, waktu dan sumber daya yang ada. Untuk
mengatasi hal tersebut perlu
diambil sampel
yang dapat mewakili populasi.
Metoda Pengambilan sampel perilaku sehat di tatanan nunah tangga adalah dengan rapid survai atau survai cepat (terlampir).
Sedangkan untuk tatanan lainnya
dapat dilakukan keseluruh populasi. Benkut ini cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga di tingkat kabupaten/kota.
Untuk menbaukur
masalah PHBS di tatanan rumah tangga, maka jumlah sampel harus mencukupi. Perhitungan sampel sederhana yang direkomendasikan WHO yaitu :
Di tingkat kabupaten/kota
kluster dapat
disetarakan dengan kelurahan atau desa. Ada 2 tahapan
kluster yang digunakan untuk tatanan rumah tangga,
tahap
pertama dapat
dipilih sejumlah
kluster (kelurahan
/desa), tahap kedua ditentukan rumah tangganya.
Langkah-langkah cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga
??langkah 1
:
List
kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten
??langkah 2
:
Tulis jumlah desa yang berada pada masing2 kecamatan
??Langkah 3 :
Beri nomor urut desa mulai no 1 sampai terakhir
??Langkah 4 :
Hitung interval desa dengan cara
total desa / 30 = X
??Langkah 5 :
Tentukan nomor Muster
pertama desa.
dengan mengundi
nomor unit desa.
selanj utnya
desa kedua dapat ditentukan dengan menambahkan interval. Demikian seterusnya hingga diperoleh 30 kluster.
??Langkah 6 :
Dan
desa yang
terpilih diambil
secara
acak
7 rumah tangga.
c. Analisis dan Pemetaan PHBS
Berdasarkan hasil pendataan, data tersebut diolah dan dianalisis dengan cara manual atau dengan menggunakan program EPI INFO. Selanjutnya dapat
dibuat pemetaan
nilai
IPKS (Indeks Potensi
Keluarga Sehat) dan nilai
PHBS sehat
I, sehat II. sehat
III
dan sehat IV. Berdasarkan
hasil pemetaan, diharapkan semua masalah
PHBS dapat diintervensi dengan tepat dan terarah.
Pemetaan ini
berguna sebagai potret
untuk mengetahui
permasalahan yang ada di masyarakat dan memotivasi pengelola program untuk meningkatkan klasifikasi PHBS. Diharapkan masyarakat yang bersangkutan, lintas sektor. LSM peduli kesehatan, swasta khususnya Pemda kabupaten / kota dan TP PKK mempunyai
komitmen untuk mendukung PHBS.
Berdasarkan kajian perilaku dan
pemetaan wilayah, maka dihasilkan Pemetaan PHBS, ditentukan prioritas masalah perilaku kesehatan,
dan ditentukan alternatif
intervensi penyuluhan.
d. Menentukan Prioritas Masalah
Berdasarkan rumusan masalah
yang ada
kemudian dilakuk an analisis yang akan menjadi dasar pembuatan rencana intervensi. Caranya dengan
memberikan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan
dibawah ini :
Dari masalah yang ada mana yang dapat dipecahkan dengan mudah
?
Mengapa terjadi demikian ? Bagaimana
penanggulangannya ? Apa-rencana tindakannya ?
Berapa sumber dana yang tersedia ? Siapa yang mengerjakan ?
Berapa lama mengerjakannya ?
Bagaimanakah jadwal kegiatan
pelaksanaannya ?
Selanjutnya dilakukan strategi komunikasi
PHBS,
yang meliputi antara
lain pesan
dan media
yang akan dikembangkan, metode apa saja yang digunakan.
pelatihan yang perlu dilaksanakan dan menginventarisasi sektor mana saja yang dapat mendukung
PHBS.
2. Pengkajian PHBS secara kualitatif
Setelah ditentukan prioritas
masalah perilaku, selanjutnya
dilakukan pengkajian kualitatif Tujuannya
untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang kebiasaan, kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku masyarakat yang tidak terungkap
dalam kajian kuantitatif PHBS.
Ada dua metoda untuk melakukan
pengkajian
PHBS
secara kualitatif,
yaitu:
a. Diskusi Kelompok Terarah (DKT).
b. Wawancara Perorangan Mendalam
(WPM). Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :
a. DISKUSIKELOMPOK TERARAH (DKT)
a. DISKUSIKELOMPOK TERARAH (DKT)
Adalah diskusi informal bersama 6 s/d 10 orang, tujuannya untuk mengungkapkan infonnasi yang lebih mendalam tentang masalah perilaku PHBS.
Dalam DKT :
Diperlukan seorang
pemandu yang terampil
mendorong orang untuk saling bicara
dan memperoleh pemahaman tentang
perasaan dan pikiran peserta yang hadir terhadap masalah tertentu.
Melibatkan dan memberikan kebebasan peserta untuk mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
Memperoleh informasi tentang nilai-nilai
kepercayaan dan perilaku seseorang yang mungkin tidak terungkap melalui wawancara biasa.
b. WAWANCARA
PERORANGAN MENDALAM (WPM)
Adalah wawanncara antara pewancara
yang
trampil dengan perorangan selaku sumber informasi kunci,
melalui serangkaian
tanyajavvab (dialog)
yang bersifat
terbuka dan
mendalam.
Dalam WPM :
Pewawancara adalah seorang yang terampil dalam menggali informasi secara mendalam tentang perasaan dan pikiran tentang masalah tertentu.
Sumber informasi kunci adalah peserta wawancara yang dianggap mampu dan dipandang menguasai informasi tentang masalah tertentu.
Tanya jawab dilakukan secara terbuka dan mendalam
3. Pengkajian
sumber daya (dana, tenaga dan sarana)
Pengkajian sumber daya dilakukan mark mendukung pelaksanaan program PHBS, bentuk kegiatannya :
a. Kajian
tenaga
pelaksana PHBS,
secara
kuantitas (jumlah) dan pelatihan
yang
pernah
diikuti oleh
lintas program
maupun
lintas sektor.
b. Penjajagan
dana yang tersedia di lintas program
dan lintas sektoral dalam jurnlah dan sumbernya.
c. Penjajagan
jenis media
dan sarana
yang dibutuhkan
dalam jumlah dan sumbernya.
C. Tahap Perencanaan.
Penyusunan rencana kegiatan
PHBS gunanya
untuk
menentukan tujuan, dan strategi
komunikasi PHBS
Adapun langkah-langkah perencanaan sebagai berikut:
1. MenentukanTujuan
Berdasarkan
kegiatan pengkaj ian PHB S dapat ditentukan klasifikasi PHBS wilayah maupun klasifikasi
PHBS
tatanan,
maka dapat ditentukan masalah perilaku kesehatan
masyarakat di tiap tatanan dan wilayah.
Selanjutnya. berdasarkan masalah perilaku
kesehatan dan hash pengkajian
sumber daya PKM. ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah
PHB S yang ditemukan.
Contoh hasil
pengkajian PHBS secara
kuantitatifditemukan masalah merokok
pada tatanan rumah tangga, maka ditentukan tujuannya.
Tujuan Umum :
Menurunkan prosentase keluarga yang tidak merokok selama satu tahun.
Tujuan Khusus :
Menunuikan prosentase tatanan rumah tangga yang merokok. dari 40% menjadi 20%.
2. Menentukan
jenis kegiatan intervensi
Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya
ditentukan
jenis kegiatan Intervensi
yang akan dilakukan. Caranya
adalah dengan
mengembangkan berbagai alternatif
intervensi, kemudian dipilih
intervensi mana yang
bisa
dilakukan. dengan dikaitkan
pada ketersediaan sumber daya.
Penentuan kegiatan
intervensi terpilih didasarkan pada :
Prioritas masalah PHBS , yaitu dengan memilih
topik penyuluhan yang sesuai dengan urutan masalah
PHBS.
Wilayah garapan, yaitu mengutamakan wilayah yang mempunyai
PHBS
hasil kajian rendah.
Penentuan tatanan yang akan diintervensi , yaitu menentukan tatanan yang akan digarap, baik secara menyeluruh
atau sebatas pada tatanan tertentu. Kemudian secara bertahap dikembangkan ke tatanan lain Penentuan satu jenis sasaran untuk tiap tatanan,
yaitu mengembangkan
PHBS
pada
tiap
tatanan, tetapi
hanya
satu
jenis
sasaran untuk tiap tatanan. Misalnya, satu unit tatanan sekolah. satu unit pasar untuk tatanan
tempat umum, satu unit industri rumah tangga untuk
tatanan tempat kerja.
Rumusan rencana kegiatan intervensi terpilih pada intinya menipakan operasionalisasi strategi PHBS, yaitu :
Advokasi . kegiatan pendekatan pada para tokoh / pimpinan
vNilavah.
Bina Suasana . kegiatan
mempersiapkan
kerjasama
lintas
pro
Gram. limas sektor. organisasi kemasyarakatan. LSM. dunia usaha. swasta dll. Gerakan masyarakat.
kegiatan mempersiapkan dan menggerakkan sumber
daya. mulai
mempersiapkan petugas.
pengadaan
media
dan sarana.
Kegiatan ini
secara komprehensif
harus ada
dalam perencanaan,
namun untuk menentukan kegiatan apa yang lebih besar daya ungkitnya
ditentukan dari hasil pengkajian.
Contoh, dari
hasil pengkaj ian
diperoleh
data
bahwa masih
banyak keluarga
yang membuang sampah sembarangan. Setelah
dilakukan
analisis data kualitatif melalui
FGD ternyata penyebabnya adalah tidak adanya tempat sampah. Pada situasi ini kegiatan yang
bernuansa bina suasana
akan lebih banyak porsinya
dibanding dengan kegiatan lainnya,
,
Contoh lain, dari hasil
pengkaj ian diperoleh
data bahwa masih banyak keluarga yang
tidak memeriksakan kehamilannya. Setelah
dilakukari
analisis kualitatif, diperoleh kesimpulan
bahwa
mereka
tidak mengerti manfaat
pemeriksaan
kehamilan.
Kondisi
seperti ini kegiatan gerakan masyarakat akan lebih banyak dilakukan dibanding kegiatan lainnya.
Serangkaian altematif
lain yang
dapat dikembangkan
berdasarkan hasil pengkajian
PHBS adalah :
- Rancangan intervensi penyuluhan massa dan kelompok
Penyuhrhan massa dilakukan dengan
topik
umum,
yaitu
PHBS yang secara keseluruhan merupakan masalah di wilayah kerj a tersebut.
Penyuluhan kelompok dilakukan untuk
mengatasi masalah
PHBS
yang
lokal sifatnya
- Rancangan intenvensi penyuluhan terpadu lintas program/sektor
Pemetaan wilayah menghasilkan
rumusan masalah PHBS antar wilayah, sehingga
bisa dirancang " Paket Penyuluhan
Terpadu " di vvilayah tersebut Misal : di desa A terdapat
3
masalah
utama.
yaitu
JPKM.
Air
bersih
dan
KIA/KB
. maka dapat
dilakukan penyuluhan terpadu yang berisi 3 hal tersebut.
Disini petugas kesehatan
berfungsi sebagai penggerak
lintas prograpi
dan lintas
sektor.
untuk selanjutnya bersama-sama melaksanakan penyuluhan diwilayah tersebut.
D. Tahap Perencanaan.
1. Advokasi
(Pendekatan pada para pengambil keputusan)
Ditingkat keluarga/rumah ta ngga,
strategi ini ditujukan kepada para kepala keluarga/ bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para pengambil keputusan
di tingkat
keluarga/nunah tangga
dapat meneladani
dalam berperilaku sehat. memberikan dukungan, kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada anggota keluarga dan lingkungan disekitarnya.
Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau pengambil keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat kabupaten/kota, yang secara fungsional maupun struktural pembina program kesehatan di wilayahnya.
Tujuannya adalah agar para
pimpinan atau
pengambil keputusan
mengupayakan kebijakan, program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya peraturan tertulis, dukungan dana, komitmen,
termasuk memberikan keteladanan.
Langkah-langkah Advokasi
Tentukan sasaran yang
akan diadvokasi,
baik sasaran
primer, sekunder
atau tersier
Siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS di 5 tatanan. Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi.
Lakukan advokasi
dengan cara yang menarik
dengan menggunakan
teknik dan metoda yang tepat.
Simpulkan dan sepakati hasil advokasi.
Buat ringkasan eksekutif dan sebarluaskan kepada sasaran.
2. Mengembangkan Dukungan Suaana
Di tingkat keluarga/RT, strategi
ini ditujukan kepada
para kepala keluarga/suami/bapaL ibu.
kakek.
nenek.
dan
lain-lain.Tujuannva
adalah agar kelompok ini
dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksahakannva
PHBS
di lingkungan keluarga. Caranya antara lain melalui anjuran untuk
selalu datang ke Posyandu mengingatkan anggota keluarga untuk tidak merokok di dekat ibu hamil dan balita.
Di tingkat
petugas, strategi
ini ditujukan kepada
kelompok sasar sekunder,
seperti petugas kesehatan, kader,
lintas sektor,
lintas progra
Lembaga Swadaya Masyarakat, yang
peduli kesehatan, para pembuat op dan media masa.
Tujuannya adalah agar kelompok ini
dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS.
Caranya antara
lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya,
semin studi banding, pelatihan, dsb.
Langkah-langkah Pengembangan Dukungan Suasana :
Menganalisis dan mendesain
metode dan
teknik kegiatan
dukungan suasana, seperti : demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi.
Mengupayakan dukungan pimpinan,
program, sektor
terkait pada
tiap tatanan dalam bentuk adanya komitmen, dan dukungan sumber daya.
Mengembangkan metoda dan
teknik
dan
media
yang
telah diuji
coba dan disempurnakan.
Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan.
3. Gerakan Masyarakat.
Di tingkat keluarga/Rt, strategi ini ditujukan kepada anggota keluar seperti bapak, ibu yang
mempunyai tanggung jawab
sosial untuk
lingkungannya dengan cara menjadi kader posyandu, aktif di LSM peduli kesehatan
dll. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat pengetahuannya kesadaran maupun
kemampuannya, sehingga dapat berperilaku sehat Caranya dengan penyuluhan perorangan. kelompok, membuat gerak Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Ditingkat
petugas strateai ini ditujuk kepada sasaran primer.
meliputi pimpinan puskesmas. kepala
din kesehatan, pemuka masyarakat.
Tujuannya meningkatkan motivasip untuk membantu masyarakat untuk menolong dirinya
sendiri di
bidang kesehatan
Caranva
antara lain melalui penyuluhan
kelompok, lokakarya, seminar,
studi banding, pelatihan, dll.
Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat
1. Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiat pembinaan.
2. Menganalisis
dan mendisain
metode dan
teknik kegiatan
pemberdaya seperti pelatihan,
pengembangan media komunikasi
untuk
penyuluh individu, kelompok dan massa, lomba, sarasehan
dan lokakarya.
3. Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada ti
tatanan dalam bentuk komitmen
dan sumber daya.
4. Mengembanakan metoda dan teknik dan media yang telah diujicoba d disempurnakan.
5. Membuat format pen] laian dan menilai
hasil kegiatan bersama-sama deng; lintas program dan lintas sektor pada tatanan
terkait.
6. Menyusun laporan
serta
menyajikannya dalam
bentuk
tertulis (ringkasan,
eksekutif).
Berdasarkan uraian
tersebut, maka yang perlu dilakukan dalam penggerak;
pelaksanaan adalah menerapkan AIC, yaitu :
A (Apreciation) :
penghargaan kepada para pelaksana kegiatan. I (Involvement) :
keterlibatan para pelaksana dalam tugasnya.
C (Commitment) :
kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan, tugasnya.
Hasil yang dicapai
dalam tahap
penggerakan pelaksanaan adalah
adanya kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana, khususnya dalam :
Penyuluhan perorangan, kelompok dan masyarakat
Kegiatan pengembangan kemitraan
dengan program
dan sektot
terkait serta dunia usaha.
Kegiatan pendekatan kepada pimpinan/pengambil keputusan Kegiatan pembinaan, bimbingan dan supervisi.
Mengembangkan daerah kajian atau daerah binaan.
Melaksanakan pelatihan, baik untuk petugas
kesehatan, lintas sektor.
organisasi kemasyarakatan dan kelompok profesi.
Mengembangkan pesan dan media spesifik. Melaksanakan uji coba media dll.
E. Tahap Pemantauan
dan Penilaian
1. Pemantauan.
Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan hasil atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan pemantauan.
Waktu pemantauan dapat dilakukan
secara berkala
atau
pada pertemuan bulanan, topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dikaitkan
dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati bersama. Selanjutnya
kendala-kendala yang muncul perlu dibahas
dan dicari solusinya.
Cara pemantauan dapat dilaksanakan
dengan melakukan
kunjungan lapangan ke
tiap tatanan atau dengan melihat buku kegiatan/laporan kegiatan intervensi penyuluhan PHBS.
2. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang sudah dirancang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Penilaian dilaksanakan oleh
pengelola PHBS lintas program dan
lintas sektor. Penilaian PHBS
meliputi
masukan,
proses
dan luaran kegiatan.
Misalnya
jumlah
tenaga
terlatih
PHBS media
yang telah dikembangkan, frekuensi
dan cakupan penyuluhan.
Waktu penilaian dapat dilakukan pada setiap
tahun atau setiap dua tahun Caranya dengan
membandingkan data dasar PHBS
dibandingkan dengan data PHBS
hasil evaluasi selanjutnya
menilai kecenderungan
masing-masing indikator apakah mengalami
peningkatan atau penurunan, mengkaji penyebab masalah dan melakukan pemecahannya, kemudian merencanakan intervensi berdasarkan data hasil evaluasi PHBS.
Contoh di Kabupaten Pariaman data perilaku tidak merokok tahun
2001 menunjukan
44,2% sedangkan
tahun 2002 ada peningkatan sebesar 73,6 %
Cara melakukan penilaian melalui :
Pengkajian ulang tentang PHBS
Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS
Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/kot a (SP2TP) Observasi.
wawancara mendalam. diskusi
kelompok terarah
kepada petugas, kader dan keluarga.
Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian adalah :
1. Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana
2. Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
3. Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi kemacetan/hambatan
4. Adanya peningkatan program PHBS
BAB III
INDIKATOR PERILAKU
HIDUP BERSIH dan SEHAT
(PHBS)
A. Pengertian Indikator
Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktifitas pokok yang dijalankan telah sesuai dengan
rencana dan
menghasilkan dampak yang
diharapkan. Dengan demikian indikator merupakan suatu alat
ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian.
B. Persyarata
n Indikator
Indikator harus memenuhi
persyaratan antara lain :
1. Sahih
(solid).
dapat mengukur
sesuatu yang
sebenarnya
dapat
diukur oleh indikator tersebut.
2. Obyektif, harus memberikan hasil yang sama, walaupun dipakai oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda.
3. Sensitif,
dapat mengukur perubahan sekecil apapun.
4. Spesifik,
dapat mengukur perubahan situasi dimaksud.
C. Sifat indikator
1. Tunggal
(indikator tunggal)
yang isinya terdiri
dari satu indikator. Misal : Angka
Kematian Bayi (AKB).
2. Jamak (indikator komposit). yang merupakan gabungan dari beberapa indikator.
Misal : Indek Mutu Hidup (IMH) yang merupakan gabungan dari 3 indikator. yaitu melek huruf. Angka Kematian
Bayi (AKB) dan angka harapan hidup anak usia 1 tahun.
D. Jenis-jenis indikator
Jenis indikator ada
3,
yaitu
indikator input,
indikator proses
dan
indikator
output/outcome. Apabila diuraikan
sebagai berikut :
Indikator Input
Yaitu indikator yang berkaitan
dengan penunjang
pelaksanaan program dan
turut menentukan keberhasilan program.
Seperti : tersedia air bersih, tersedia
jamban yang bersih, tersedia tempat sampah,dll.
Indikator Proses
Yaitu indikator yang menggambarkan
bagaimana proses kegiatan/program
berjalan atau tidak.
Seperti: terpelihara tempat penampungan air, tersedia alat pembersih jamban,
digunakan dan dipeliharanya tempat sampah dan lain-lain.
Indikator output/outcome
Yaitu indikator yang menggambarkan bagaimana hasil output suatu program kegiatan
telah berjalan atau tidak.
Seperti : Digunakannya air bersih,
digunakannya jamban, di halaman
dan di dalam
ruangan dalam keadaan
bersih dll.
Ukuran-ukuran yang sering digunakan sebagai indikator adalah angka absolut,
rasio, proporsi, angka/tingkat. Yang
perlu diingat suatu indikator
tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan,
tetapi kadang-kadang hanya
memberi petunjuk
(indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu
pendugaan (proxy).
E. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Mengacu pada
pengertian perilaku sehat,
indikator ditetapkan berdasarkan
area /
w-ilayah
1. Indikator
Nasional
Ditetapkan 3 indikator, yaitu:
a. Persentase penduduk tidak merokok.
b. Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan. c. Persentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga .
Alasan dipilihnya ke tiga indikator
tersebut berdasarkan
issue global
dan
regional (Mega Country
Health
Promotion Network. Healthy
Asean
Life
Styles), seperti merokok telah
menj adi issue global, karena
selain mengakibatkan penyakit
seperti jantung, kankerparu-paru juga disinyalir menjadi entry point untuk narkoba.
Pola makan
yang buruk
akan berakibat
buruk pada
semua golongan
umur, bila terjadi pada usia balita akan menj adikan generasi yang lemah/generasi yang hilang dikemudian hari. Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil ak an melahirkan bayi yang kurang sehat, bagi usia produktif akan mengakibatkan
produktifitas menurun.Kurang aktifitas fisik dan
olah raga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung
lama
akan menyebabkan
berbagal penyakit,
seperti jantung,
paru-paru, dan lain-lain.
2. Indikator
Lokal Spesifik
Yaitu indikator nasional ditambah indikator lokal
spesifik masingmasing daerah
sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.
Ada 16 indikator
yang dapat
digunakan uttuk rnengukur
perilaku sehat
sebagai berikut :
1. lbu hamil memeriksakan kehamilannya.
2. Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan.
3. Pasangan usia subur (PUS ) memakai alat KB.
4. Balita
ditimbang.
5. Penduduk sarapan pagi sebelum
melakukan aktifitas.
6. Bayi
di imunisasi lengkap.
7. Penduduk minum air bersih yang masak.
8. Penduduk mengaiuiakan jamban sehat.
9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun.
10. Penduduk menggosok gigi sebelum tidur.
11. Penduduk tidak menggunakan napza.
12. Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/
uang/ emas.
13 . Penduduk wamta
memeriksakan kesehatan secara
berkala
den,
SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri).
14. Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala un mengukur hipertensi.
15. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear.
16. Perilaku seksual dan indikator
lain
yang
diperlukan
sesuai
prioritas
masalah kesehatan yang ada didaerah.
3. Indikator
PHBS di tiap tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator
perilaku dan indik, lingkungan di lima tatanan, yaitu tatanan
rumah
tangga,
tatanan terr
kerja, tatanan tempat umum, tatanan Sekolah, tatanan sarana kesehatan.
1. Indikator tatanan rumah tangga :
a. Perilaku :
1. Tidak merokok
2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
3. Imunisasi
4. Penimbangan balita
5. Gizi Keluarga/sarapan
6. Kepesertaan Askes/JPKM
7. Mencuci tangan
pakai sabun
8. Menggosok gigi sebelum tidur
9. Olah Raga teratur
b. Lingkungan :
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3 . Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ventilasi
6. Kepadatan
7. Lantai
2. Indikator tatanan tempat kerja :
a. Perilaku
1. Menggunakan alat pelindung
2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok
3 . Olah Raga teratur
4. Bebas Napza
5. Kebersihan
6. Ada Asuransi
Kesehatan
b. Lingkungan
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ventilasi
6. Pencahavaan
7. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)
8. Ada kantin
9. Terbebas dari bahan berbahaya
10. Ada klinik
3. Indikator tatanan tempat umum
a. Perilaku
1. Kebersihan jamban
2 . Kebersihan lingkungan
b. Lingkungan
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3 . Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)
4. Indikator Tatanan Sekolah :
a. Perilaku
1. Kebersihan pribadi
2. Tidak merokok
3. Olah raga teratur
4. TidakmenggunakanNAPZA
b. Lingkungan
I.
Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ventilasi
6. Kepadatan
7. Ada warung sehat
8. Ada UKS
9. Ada taman sekolah
5. Indikator tatanan sarana kesehatan a. Perilaku
I. Tidak merokok
2. Kebersihan lingkungan
3. Kebersihan kamar mandi
b. Lingkungan
1. Ada j amban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ada IPAL (RS)
6. Ventilasi
7. Tempat cuci tangan
8. Ada pencegahan serangga
F. Cara memperoleh data PHBS
Ada beberapa indikator perilaku sehat yang dapat diperoleh dengan cara
1.
Menggunakan sumber data yang sudah tersedia seperti
SUSENAS (Survai Sosial Ekonomi Nasional)
SDKI (Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia) SAKERTI (Survai Kehidupan Rumah Tangga Indonesia) SURKESNAS (Survai Kesehatan Nasional)
SEM (Studi Evaluasi Manfaat), dll.
Sampel data tersebut di ambil sampai dengan tingkat
Kabupaten/Kota
saja.
Oleh karena itu, daerah dapat mengembangkan survai cepat PHBS dari tingkat kabupaten/kota sampai
tingkat
desa
dengan
metode
sampel
WHO
yaitu
210
KK/kabupaten/kota, sehingga
tingkat akurasi
dan penajaman
permasalahan dapat diperoleh.
2. Mengembangkan survai
khusus, apabila
ingin memperoleh
data yang
khusus seperti survai PBHS balk kuantitatif maupun
kualitatif sesuai perilaku
lainnya.
3. Menggunakan laporan yang sudah ada.
BAB IV PENUTUP
1. Panduan Manajemen
PHBS menuju
Kabupaten/Kota sehat disusun
berdasarkan antara lain adanya
perkembangan indikator
dan cara pengambilan sampel. Oleh karena itu dalam pelaksanaan di
lapangan, panduan ini dapat disesuaikan dan dikembangkan berdasarkan permasalahan dan keadaan daerah.
2. Selanjutnya para
pengguna
panduan ini
diharapkan
mempunyai pemahaman yang
mendalam, motivasi
yang
kuat,
dan
kreativitas yang
tinggi
untuk
mempraktekkan program PHBS di lapangan.
3. Dengan
demikian program
PHBS dapat berjalan
secara efektif dan efisien serta diperlukan adanya dukungan positif dari semua pihak.
4. Selain itu, kebijakan Pusat Promosi
Kesehatan
saat
ini
baru
melaksanakan program PHBS di tatanan rumah tangga yang secara bertahap akan dikembangkan
pada tatanan lain.
Daerah dapat mengembangkan sendiri untuk melaksanakan program
PHBS pada
tatanan lain
sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
5. Selamat bekerja, semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang senantiasa
memberikan kekuatan, petunjuk
dan perlindunganNya
kepada kita semua dalam menjalankan tugas untuk membangun masyarakat Indonesia
yang sehat rohani dan jasmani.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar