Sabtu, 15 Februari 2014

Pedoman PHBS



BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Memasuki milenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan     Berwawasan     Kesehatan,     yang    dilandasi    paradigma     sehat. Paradigma   sehat   adalah   cara   pandang,   pola   pikir   atau   model   pembangunan kesehatan  yang  bersifat  holistik,  melihat  masalah  kesehatan  yang  dipengaruhi  oleh banyak   faktor   yang   bersifat   lintas   sektor,   dan   upayanya   lebih   diarahkan   pada peningkatan,  pemeliharaan  dan  perlindangan  kesehatan.  Secara  makro  paradigma sehat   berarti   semua   sektor   memberikan   kontribusi   positif   bagi   pengembangan perilaku  dan lingkungan  sehat, secara   mikro  berarti  pembangunan  kesehatan  lebih menekankan  upaya  promotif  dan  preventif  tanpa  mengesampingkan   upaya  kuratif dan rehabilitatif.

Berdasarkan  paradigma  sehat  ditetapkan  visi  Indonesia  Sehat  2010,  dimana  ada 3 pilar  yang  perlu  mendapat  perhatian  khusus,  yaitu  lingkungan  sehat,  perilaku sehat dan pelayanan  kesehatan  yang bermutu,  adil dan merata.  Untuk perilaku sehat   bentuk   konkritnya   yaitu   perilaku   proaktif   memelihara   dan   meningkatkan kesehatan.   mencegah   risiko   terjadinya   penyakit,   melindungi   diri   dari   ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.

Dalam  mewujudkan  visi  Indonesia  Sehat  2010  telah  ditetapkan  misi  pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. mendorong kemandirian    masyarakat    untuk    hidup    sehat.    memelihara    dan    meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyaralat bes erta lingkungannya.

Untuk  melaksanakan  misi  pembangunan  kesehatan  diperlukan  promosi  kesehatan, hal  ini  disebabkan  program  promosi  kesehatan  berorientasi  pada  proses pemberdayaan   masyarakat   untuk   berperilaku   hidup   bersih   dan   sehat,   melalui peningkatan,  pemeliharaan  dan  perlindungan  kesehatannya.  Hal  ini  sesuai  dengan yang ditekankan dalam paradigma sehat, dan salah satu pilar utama Indonesia Sehat
2010.

Seiring dengan cepatnya perkembangan  dalam era globalisasi,  serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan  gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan,  tetapi  perlu  memperhatikan  faktor  perilaku  yang  secara  teoritis  memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan.

Mengingat  dampak  dari  perilaku  terhadap  derajat  kesehatan  cukup  besar,  maka diperlukan  berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996 oleh   Pusat   Penyuluhan   Kesehatan   Masyarakat,   yang   sekarang   bernama   Pusat Promosi   Kesehatan.   Sebagai   daerah   model/laboratoriumnya    adalah   Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Tangerang, Provinsi Jawa Barat.

Berbagai   kegiatan   telah   dilakukan   untuk   mencapai   keberhasilan    pelaksanaan program PHBS, mulai dari pelatihan petugas pengelola PHBS tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan Puskesmas, memproduksi dan menyebarkan buku Panduan  Manajemen  Penyuluh  Kesehatan  Masyarakat  tingkat  Provinsi,  Kabupaten, dan   Puskesmas;   memproduksi    dan   menyebarkan    buku   Pedoman   Pembinaan


Program PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan tempat umum, tatanan sarana kesehatan, serta membuat buku saku PHBS untuk petugas puskesmas.

Hasilnya  sampai  tahun  2001  tenaga  kesehatan  yang  telah  terlatih  PHBS  tingkat provinsi 100% (30 provinsi), 76% kabupaten/kota, 71.3% puskesmas. Pencapaian klasifikasi  III dan IV (1998) 38.89% tatanan rumah tangga, 50% institusi pendidikan,
33.3% tatanan tempat kerja, 35.3% tatanan tempat umum.

Masalah   yang   dihadapi   dalam   pelaksanaan   program   PHBS   adalah   kemitraan/ dukungan  lintas  program/lintas  sektor  rendah,  kemampuan  teknis  petugas  rendah, mutasi   petugas   terlatih,   alokasi   dana   terbatas,   perubahan   struktur   organisasi, Indikator PHBS skala Nasional, indikator PHBS tatanan, pemetaan tatanan sehat, pemetaan PHBS individu.

Altematif pemecahan adalah melalui kegiatan advokasi kebijakan, koordinasi dan keterpaduan  manajemen,  peningkatan  kemampuan  teknis  pelaksana  PHBS, menetapkan indikator PHBS individu skala nasional dan pembobotan, menetapkan indikator  PHB S tatanan,  melakukan  asistensi,  pemetaan  tatanan sehat serta PHBS individu.

Berdasarkan  masukan dari lapangan, salah satu altematif pemecahan masalah yang perlu segera dilaksanakan adalah review buku Panduan Manajemen Penyuluhan Kesehatan   Masyarakat   tingk at   Provinsi,   Kabupaten/Kota   dan   Puskesmas   yang dikeluarkan   tahun  1997,  karena  buku  panduan  tersebut  sudah  tidak  cocok  lagi digunakan  sebagai pedoman  pelaksanaan  pada era otonomi daerah. Untuk itu perlu perbaikan mulai dari pengkajian sampai dengan pemantauan dan penilaian.

Tujuan  disusunnya  buku  panduan  ini  untuk  memberikan  gambaran,  arahan,  acuan bagi pengelola program PHBS, sehingga dapat melaksanakan  tugas pekerjaan yang terkait  dengan  pembinaan  program  PHBS  dengan  sebaik-baiknya,  sehingga  dapat saling   mengisi   dan   bekerjasama   dalam   melaksanakan   program   pembangunan kesehatan.

B. PENGERTIAN

1. Perilaku Sehat
Adalah  pengetahuan,  sikap  dan  tindakan  proaktif  untuk  memelihara  dan  mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi  diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah  wujud  keberdayaan  masyarakat  yang  sadar,  mau  dan  mampu  mempraktek - kan  PHBS.  Dalam  hal  ini  ada  5  program   priontas  yaitu  KIA,  Gizi,  Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.

3. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah   upaya   untuk   memberikan   pengalaman   belajar   atau   menciptakan   suatu kondisi  bagi  perorangan,  keluarga,  kelompok  dan  masyarakat,  dengan  membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan,   sikap  dan  perilaku,   melalui   pendekatan   pimpinan   (Advokasi),   bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian  masyarakat  dapat  mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam  tatanan  masing-masing,  dan  masyarakat/dapat  menerapkan  cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

4. Tatanan
Adalah  tempat  dimana  sekumpulan  orang  hidup,  bekerja,  bermain, berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.


5. Kabupaten Sehat/Kota Sehat
Adalah kesatuan wilayah administrasi pemerintah terdiri dari desa-desa, kelurahan. kecamatan    yang   secara   terus   menerus   berupaya   meningkatkan    kemampuan masyarakat  untuk hidup sehat dengan  prasarana  wilayah  yang memadai,  dukungan kehidupan  sosial,  serta  perubahan  perilaku  menuju  masyarakat  aman,  nyaman  dan sehat secara mandiri.

6. Manajemen PHBS
Adalah pengelolaan PHBS yang dilaksanakan melalui 4 tahap kegiatan. yaitu 1). Pengkajian, 2). Perencanaan, 3). penggerakkan pelaksanaan, 4). pemantauan dan penilaian.


BAB II

 Manajemen Program PHBS


A.  Kerangka Konsep

Untuk   mewujudkan   Perilaku   Hidup   Bersih   dan   Sehat   (PHBS)   ditiap   tatanan; diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian. 



Selanjutnya  dalam  program  promosi  kesehatan  dikenal  adanya  model  pengkajian dan  penindaklanjutan  (precede  proceed  model)  yang  diadaptasi  dari  konsep  L  W Green:
Model  ini  mengkaji  masalah  perilaku  manusia  dan  faktor-faktor  yang mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih positif. Proses pengkajian mengikuti anak panah dari kanan ke kiri, sedang proses penindaklanjutan dilakukan  dari kiri ke kanan. Dengan demikian manajemen  PHBS adalah penerapan keempat proses manajemen pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan.

Kualitas  hidup  adalah  sasaran  utama  yang  ingin  dicapai  di  bidang Pembangunan  sehingga  kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat sesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin  tinggi. kualitas hidup ini  salah  satunya  dipengaruhi  oleh  derajat  kesehatan.  Semakin  tinggi  derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.

Derajat kesehatan  adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dengan  adanya  derajat  kesehatan  akan tergambarkan  masalah  kesehatan  yang sedang dihadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang   adalah   faktor   perilaku   dan   faktor   lingkungan.   Contoh   seseorang menderita   diare   karena   minum   air   yang   tidak   dimasak   (masalah   perilaku), seseorang   menderita   kanker   paru   padahal   orang   itu   tidak   merokok   tetapi kehidupannya    tidak   lepas   dari   lingkungan   kerja   yang   merokok   (masalah lingkungan).

Faktor   lingkungan   adalah   faktor   fisik,   biologis   dan   sosial   budaya   yang langsung/tidak mempengaruhi derajat kesehatan.

Faktor perilaku  dan gaga hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanva aksi  dan  reaksi  seseorang   atau  organisme   terhadap  lingk -umgannya.  Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan,  sedangkan  gaga hidup merupakan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun hanya  untuk  meniru  dari tokoh  idolanya.  Contoh  seseorang  yang mengidolakan aktor atau artis yang tidak merokok.

Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan  reaksi atau perilaku tertentu.  Ada  3  faktor  penyebab  mengapa  seseorang  melakukan  perilaku  tertentu yaitu faktor pemungkin, faktor pemudah dan faktor penguat.

Faktor  pemungkin  adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu   motivasi   atau   aspirasi   terlaksana.   Ternasuk   didalamnya   keterampilan petugas  kesehatan,  ketersediaan  sumber  daya  dan komitmen  masyarakat  atau pemerintah  terhadap  kesehatan.  Contoh  petugas  penyuluhan  menyarankan agar masyarakat dapat mengkonsumsi  tempe, karena selain murah juga mengandung gizi  yang  tinggi.  Tetapi  karena  di  daerah  tersebut  tidak  ada  produsen  tempe, maka hal tersebut tidak dapat diterapkan.

Faktor pemudah  adalah  faktor  pemicu  atau  anteseden terhadap perilaku yang menjadi   dasar   atau   motivasi   bagi   perilaku.   Misalnya   pengetahuan,   sikap, keyakinan   dan   nilai   yang   dimiliki   oleh   seseorang.   Contoh   seseorang   tidak merokok karena mereka yakin bahwa rokok dapat membahayakan kesehatan.

Faktor  pengua t  adalah  faktor  yang  menentukan  apakah  tindakan  kesehatan memperoleh  dukungan  atau  tidak.  Faktor  ini  terwujud  dalam  bentuk  sikap  dan perilaku  petugas  kesehatan  atau  petugas  lainnya  yang  merupakan  kelompok yang   dipercaya   oleh   masyarakat.   Contoh   petugas   kesehatan   memberikan keteladanan  dengan melakukan cuci tangan sebelum makan, atau selalu minum air yang sudah dimasak.

Ketiga faktor penyebab  tersebut  di atas dipengaruhi  oleh faktor penyuluhan  dan faktor   kebijakan.   peraturan   serta   organisasi.   Semua   faktor   faktor   tersebut merupakan ruang lingkup promosi kesehatan.

Faktor   lingkungan   adalah  segala  faktor  bail:  fisik.  biologis   maupun   sosial budaya   yang   langsung   atau   tidak   langsung   dapat   mempengaruhi   derajat kesehatan.

Promosi  kesehatan  adalah  -proses  memandirikan  masyarakat  agar dal memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter 1986).Prom kesehatan lebih menekankan   pada   lingkungan   untuk   terjadinya   perubahan   perilaku.   Contohnya masyarakat dihimbau untuk membuang sampah di tempatnya, selanjutnya diterbitkan peraturan  dilarang  membuang  sampah  sembarangan.  Himbauan  dan peraturan  tidak


akan berjalan, apabila tidak diikuti dengan penyediaan fasilitas tempat sampah yang memadai.

Demikian   penjelasan   singkat   mengenai   precede   proceed   model   yang   dikaitkan dengan  program  PHBS.  Selanjutnya  sebelum  melaksanakan  langkah-langkah manajemen PHBS, terlebih dahulu dilakukan kegiatan persiapan yang meliputi :

1.    Persiapan sumber daya manusia,  tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen pengelola program Promkes, bentuk kegiatanya yaitu :
a.   Pemantapan program PHBS bagi pengelola program Promkes (internal)
b.   Sosialisasi dan advokasi kepada para pengambil keputusan c.   Pertemuan lintas program dan pertemuan lintas sektor
d.   Pelatihan PHBS
e.   Lokakarya PHBS
f.     Pertemuan   koordinasi   dengan  memanfaatkan   forum  yang  sudah  benjalan baik resmi maupun tidak resmi.

2.    Persiapan teknisdan administratif,    tujuannya    untuk    mengidentifikasi kebutuhan   sarana   baik  jumlah,   jenis   maupun   sumbernya   serta   dana   yang, diperlukan.
Persiapan administrasi, dilakukan melalui :

a. Surat menyurat, membuat surat undangan, dll. b.   Penyediaan ATK, transportasi, AVA, dana, dll. c.   Pencatatan dan pelaporan.
d.   Pemantauan.

B.  Tahap Pengkajian

Tujuan  pengkajian   adalah  untuk  mempelajari,   menganalisis   dan  merumuskan masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber daya (dana, sarana dan tenaga)

1.    Pengkajian masalah PHBS secara kuantitatif. Langkah-langkah kegiatan sebagai be rikut :

a.   Pengumpulan Data Sekunder

Kegiatan  ini  meliputi  data  perilaku  dan  bukan  perilaku  yang  berkaitan dengan 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan  lingkungan,  gaya hidup,  dan  JPKM  dan  data  lainnya  sesuai  dengan  kebutuhan  daerah. Data tersebut  dapat dipefoleh dari Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana pelayanan   kesehatan   lainnya.   Data   yang   diperoleh   dianalisis   secara deskriptif sebagai informasi pendukung untuk memperkuat  permasalahan PHBS  yang  ditemukan  di  lapangan.  Selanjutnya  dibuat  simpulan  hasil analisis data sekunder tersebut.


Hasil yang diharapkan pada tahap pengkajian ini adalah :
??  Teridentifikasinya masalah perilaku kesehatan di wilayah tertentu
??  Dikembangkannya pemetaan PHBS pertatanan
?? Teridentifikasinya masalah lain yang berkaitan (masalah kesehatan, faktor penyebab  perilaku, masalah pelaksanaan  dan sumber daya penyuluhan, masalah kebijakan, administrasi, organisasi.
??  Dan lain-lain.

b.   Cara Pengambilan Sampel PHBS Tatanan Rumah Tangga

Dalam   melaksanakan   pengumpulan   data   perilaku   sehat   di   tatanan rnunah  tangaa  secara  keseluruhan  terlalu  berat untuk  dilaksanakan,  hal ini disebabkan  karena keterbatasan  dana, waktu dan sumber daya yang ada.  Untuk  mengatasi  hal  tersebut  perlu  diambil  sampel  yang  dapat mewakili populasi.

Metoda Pengambilan sampel perilaku sehat di tatanan nunah tangga adalah dengan rapid survai atau survai cepat (terlampir).

Sedangkan untuk tatanan lainnya dapat dilakukan keseluruh populasi. Benkut ini cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga di tingkat kabupaten/kota.

Untuk menbaukur masalah PHBS di tatanan rumah tangga, maka jumlah sampel harus mencukupi. Perhitungan sampel sederhana yang direkomendasikan WHO yaitu :

30 x 7 = 210 rumah tangga (30 kluster dan 7 rumah tangga per kluster).


Di  tingkat  kabupaten/kota  kluster  dapat  disetarakan  dengan  kelurahan atau desa. Ada 2 tahapan kluster yang digunakan  untuk tatanan rumah tangga,  tahap  pertama  dapat  dipilih  sejumlah  kluster  (kelurahan  /desa), tahap kedua ditentukan rumah tangganya.

Langkah-langkah cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga

??langkah 1      :    List kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten
??langkah 2      :    Tulis   jumlah   desa   yang   berada   pada   masing2 kecamatan
??Langkah 3     :    Beri nomor urut desa mulai no 1 sampai terakhir
??Langkah 4     :    Hitung interval desa dengan cara  total desa / 30 = X
??Langkah 5   :    Tentukan  nomor  Muster  pertama  desa.  dengan mengundi   nomor  unit  desa.  selanj  utnya  desa kedua dapat ditentukan dengan menambahkan interval. Demikian seterusnya hingga diperoleh 30 kluster.
??Langkah 6     :    Dan  desa  yang  terpilih  diambil  secara  acak  7 rumah tangga.

c.  Analisis dan Pemetaan PHBS

Berdasarkan hasil pendataan, data tersebut diolah dan dianalisis dengan cara manual atau dengan menggunakan  program EPI INFO. Selanjutnya dapat  dibuat  pemetaan  nilai  IPKS  (Indeks  Potensi  Keluarga Sehat) dan nilai  PHBS  sehat  I, sehat  II.  sehat  III  dan  sehat  IV.  Berdasarkan  hasil pemetaan,  diharapkan  semua  masalah  PHBS dapat diintervensi  dengan tepat dan terarah.

Pemetaan  ini  berguna  sebagai  potret  untuk  mengetahui  permasalahan yang ada di masyarakat dan memotivasi pengelola program untuk meningkatkan  klasifikasi  PHBS.  Diharapkan  masyarakat  yang bersangkutan, lintas sektor. LSM peduli kesehatan, swasta khususnya Pemda kabupaten / kota dan TP PKK mempunyai komitmen untuk mendukung PHBS.

Berdasarkan kajian perilaku dan pemetaan wilayah, maka dihasilkan Pemetaan PHBS, ditentukan prioritas masalah perilaku kesehatan, dan ditentukan alternatif intervensi penyuluhan.


d.   Menentukan Prioritas Masalah

Berdasarkan  rumusan  masalah  yang  ada  kemudian  dilakuk an analisis yang   akan   menjadi   dasar   pembuatan   rencana   intervensi.   Caranya dengan  memberikan  jawaban  terhadap  pertanyaan-pertanyaan   dibawah ini :

Dari masalah yang ada mana yang dapat dipecahkan dengan mudah
?
Mengapa terjadi demikian ? Bagaimana penanggulangannya ? Apa-rencana tindakannya ?
Berapa sumber dana yang tersedia ? Siapa yang mengerjakan ?
Berapa lama mengerjakannya ?
Bagaimanakah jadwal kegiatan pelaksanaannya ?


Selanjutnya  dilakukan  strategi  komunikasi  PHBS,  yang  meliputi  antara lain  pesan  dan  media yang akan dikembangkan,  metode apa saja yang digunakan.   pelatihan   yang   perlu   dilaksanakan   dan   menginventarisasi sektor mana saja yang dapat mendukung PHBS.

2.   Pengkajian PHBS secara kualitatif

Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan pengkajian kualitatif  Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam   tentang   kebiasaan,   kepercayaan,   sikap,   norma,   budaya perilaku masyarakat yang tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS.

Ada  dua  metoda  untuk  melakukan  pengkajian  PHBS  secara  kualitatif, yaitu:
a.   Diskusi Kelompok Terarah (DKT).
b.   Wawancara Perorangan Mendalam (WPM). Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :
 a.  DISKUSIKELOMPOK TERARAH (DKT)
Adalah diskusi informal bersama 6 s/d 10 orang, tujuannya untuk mengungkapkan    infonnasi    yang   lebih   mendalam    tentang    masalah perilaku PHBS.
Dalam DKT :
Diperlukan  seorang  pemandu  yang terampil  mendorong  orang untuk saling  bicara  dan  memperoleh  pemahaman  tentang  perasaan  dan pikiran peserta yang hadir terhadap masalah tertentu.
Melibatkan dan memberikan kebebasan peserta untuk mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
Memperoleh  informasi  tentang  nilai-nilai  kepercayaan  dan  perilaku seseorang yang mungkin tidak terungkap melalui wawancara biasa.

b.   WAWANCARA PERORANGAN MENDALAM (WPM)

Adalah  wawanncara  antara  pewancara  yang  trampil  dengan perorangan selaku sumber informasi kunci, melalui serangkaian tanyajavvab   (dialog)  yang  bersifat  terbuka  dan  mendalam.   Dalam WPM :
Pewawancara adalah seorang yang terampil dalam menggali informasi secara mendalam tentang perasaan dan pikiran tentang masalah tertentu.


Sumber informasi kunci adalah peserta wawancara yang dianggap mampu dan dipandang menguasai informasi tentang masalah tertentu.
Tanya jawab dilakukan secara terbuka dan mendalam

3.   Pengkajian sumber daya (dana, tenaga dan sarana)

Pengkajian   sumber   daya   dilakukan   mark   mendukung   pelaksanaan program PHBS, bentuk kegiatannya :
a.    Kajian   tenaga   pelaksana   PHBS,   secara   kuantitas   (jumlah)   dan pelatihan   yang  pernah   diikuti   oleh  lintas  program  maupun  lintas sektor.
b.    Penjajagan  dana yang tersedia  di lintas program  dan lintas sektoral dalam jurnlah dan sumbernya.
c.    Penjajagan  jenis  media  dan  sarana  yang  dibutuhkan  dalam  jumlah dan sumbernya.

C.  Tahap Perencanaan.

Penyusunan  rencana  kegiatan  PHBS  gunanya  untuk  menentukan  tujuan,  dan strategi    komunikasi    PHBS    Adapun    langkah-langkah    perencanaan    sebagai berikut:

1.   MenentukanTujuan

Berdasarkan  kegiatan pengkaj ian PHB S dapat ditentukan klasifikasi PHBS wilayah  maupun  klasifikasi  PHBS  tatanan,  maka  dapat  ditentukan masalah perilaku kesehatan masyarakat di tiap tatanan dan wilayah. Selanjutnya. berdasarkan  masalah perilaku kesehatan  dan hash pengkajian  sumber daya PKM. ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah PHB S yang ditemukan.

Contoh hasil pengkajian PHBS secara kuantitatifditemukan  masalah merokok pada tatanan rumah tangga, maka ditentukan tujuannya.
Tujuan   Umum   :   Menurunkan   prosentase   keluarga   yang   tidak   merokok selama satu tahun.
Tujuan   Khusus   :   Menunuikan   prosentase   tatanan   rumah   tangga   yang merokok. dari 40% menjadi 20%.

2.   Menentukan jenis kegiatan intervensi

Setelah  ditentukan  tujuan,  selanjutnya  ditentukan  jenis  kegiatan  Intervensi yang  akan  dilakukan.   Caranya  adalah  dengan  mengembangkan   berbagai alternatif  intervensi,  kemudian  dipilih  intervensi  mana  yang  bisa  dilakukan. dengan dikaitkan pada ketersediaan sumber daya.

Penentuan kegiatan intervensi terpilih didasarkan pada :

Prioritas  masalah  PHBS , yaitu dengan memilih topik penyuluhan yang sesuai dengan urutan masalah PHBS.
Wilayah garapan, yaitu mengutamakan wilayah yang mempunyai PHBS
hasil kajian rendah.
Penentuan tatanan yang akan diintervensi , yaitu menentukan tatanan yang akan digarap,  baik secara menyeluruh  atau sebatas  pada tatanan tertentu. Kemudian secara bertahap dikembangkan ke tatanan lain Penentuan     satu     jenis     sasaran     untuk     tiap     tatanan,     yaitu mengembangkan   PHBS   pada   tiap   tatanan,   tetapi   hanya   satu   jenis sasaran untuk tiap tatanan. Misalnya, satu unit tatanan sekolah. satu unit pasar untuk tatanan tempat umum, satu  unit industri rumah tangga untuk


tatanan tempat kerja. Rumusan rencana kegiatan intervensi terpilih pada intinya menipakan operasionalisasi strategi PHBS, yaitu :
Advokasi . kegiatan pendekatan pada para tokoh / pimpinan vNilavah.
Bina  Suasana .  kegiatan  mempersiapkan  kerjasama  lintas  pro  Gram. limas sektor. organisasi kemasyarakatan. LSM. dunia usaha. swasta dll. Gerakan   masyarakat.   kegiatan   mempersiapkan   dan   menggerakkan sumber  daya.  mulai  mempersiapkan   petugas.  pengadaan   media  dan sarana.


Kegiatan   ini  secara  komprehensif  harus  ada  dalam  perencanaan,  namun untuk menentukan  kegiatan apa yang lebih besar daya ungkitnya ditentukan dari hasil pengkajian.

Contoh,   dari  hasil  pengkaj   ian  diperoleh   data  bahwa  masih  banyak keluarga   yang   membuang   sampah   sembarangan.   Setelah   dilakukan analisis data kualitatif melalui FGD ternyata penyebabnya adalah tidak adanya tempat sampah. Pada situasi ini kegiatan yang  bernuansa bina suasana  akan lebih banyak porsinya dibanding dengan kegiatan lainnya,
,

Contoh  lain, dari hasil  pengkaj  ian diperoleh  data bahwa masih banyak keluarga   yang   tidak   memeriksakan   kehamilannya.   Setelah   dilakukari analisis  kualitatif,  diperoleh  kesimpulan  bahwa  mereka  tidak  mengerti manfaat  pemeriksaan  kehamilan.  Kondisi  seperti  ini  kegiatan gerakan masyarakat akan lebih banyak dilakukan dibanding kegiatan lainnya.

Serangkaian  altematif  lain  yang  dapat  dikembangkan  berdasarkan  hasil  pengkajian
PHBS adalah :

-      Rancangan intervensi penyuluhan massa dan kelompok
Penyuhrhan   massa   dilakukan   dengan   topik   umum,   yaitu   PHBS   yang   secara keseluruhan merupakan masalah di wilayah kerj a tersebut.
Penyuluhan   kelompok   dilakukan   untuk   mengatasi   masalah   PHBS   yang   lokal sifatnya

- Rancangan intenvensi penyuluhan terpadu lintas program/sektor
Pemetaan  wilayah  menghasilkan  rumusan  masalah  PHBS  antar  wilayah,  sehingga bisa dirancang " Paket Penyuluhan Terpadu " di vvilayah tersebut Misal : di desa A terdapat  3  masalah  utama.  yaitu  JPKM.  Air  bersih  dan  KIA/KB  .  maka  dapat dilakukan penyuluhan terpadu yang berisi 3 hal tersebut.
Disini  petugas  kesehatan  berfungsi  sebagai  penggerak  lintas  prograpi  dan  lintas
sektor.    untuk   selanjutnya    bersama-sama    melaksanakan    penyuluhan    diwilayah tersebut.

D.  Tahap Perencanaan.

1.   Advokasi (Pendekatan pada para pengambil keputusan)

Ditingkat   keluarga/rumah   ta ngga,   strategi   ini   ditujukan   kepada   para   kepala keluarga/    bapak/suami,    ibu,    kakek,    nenek.   Tuiuannya   agar   para   pengambil keputusan  di  tingkat  keluarga/nunah   tangga  dapat  meneladani  dalam  berperilaku sehat.   memberikan   dukungan,   kemudahan,   pengayoman   dan  bimbingan   kepada anggota keluarga dan lingkungan disekitarnya.

Ditingkat   petugas,   strategi   ini   ditujukan   kepada   para   pimpinan   atau   pengambil keputusan,   seperti   Kepala   Puskesmas,   pejabat   di  tingkat   kabupaten/kota,   yang secara fungsional maupun struktural pembina program kesehatan di wilayahnya.


Tujuannya   adalah  agar  para  pimpinan  atau  pengambil  keputusan  mengupayakan kebijakan, program atau peraturan yang berorientasi  sehat, seperti adanya peraturan tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan.

Langkah-langkah Advokasi
Tentukan  sasaran  yang  akan  diadvokasi,  baik  sasaran  primer,  sekunder  atau tersier
Siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS di 5 tatanan. Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi.
Lakukan  advokasi  dengan  cara yang  menarik  dengan  menggunakan  teknik  dan metoda yang tepat.
Simpulkan dan sepakati hasil advokasi.
Buat ringkasan eksekutif dan sebarluaskan kepada sasaran.

2.   Mengembangkan Dukungan Suaana

Di  tingkat  keluarga/RT,   strategi  ini  ditujukan  kepada  para  kepala keluarga/suami/bapaL    ibu.   kakek.   nenek.   dan   lain-lain.Tujuannva    adalah   agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksahakannva  PHBS  di lingkungan  keluarga.   Caranya  antara lain melalui anjuran untuk   selalu   datang   ke   Posyandu   mengingatkan   anggota   keluarga   untuk   tidak merokok di dekat ibu hamil dan balita.

Di  tingkat  petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasar sekunder, seperti petugas    kesehatan,    kader,    lintas    sektor,    lintas    progra    Lembaga    Swadaya Masyarakat,  yang peduli kesehatan, para pembuat op dan media masa.   Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS.
Caranya   antara  lain melalui  penyuluhan  kelompok,  lokakarya,  semin studi banding, pelatihan, dsb.

Langkah-langkah Pengembangan Dukungan Suasana :
Menganalisis  dan  mendesain  metode  dan  teknik  kegiatan  dukungan  suasana, seperti : demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi.
Mengupayakan  dukungan  pimpinan,  program,  sektor  terkait  pada  tiap  tatanan dalam bentuk adanya komitmen, dan dukungan sumber daya.
Mengembangkan   metoda   dan  teknik   dan  media   yang  telah  diuji  coba  dan disempurnakan.
Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan.

3.   Gerakan Masyarakat.

Di tingkat  keluarga/Rt, strategi ini ditujukan kepada anggota keluar seperti bapak, ibu yang  mempunyai  tanggung  jawab  sosial  untuk  lingkungannya  dengan  cara  menjadi kader posyandu, aktif di LSM peduli kesehatan dll. Tujuannya  agar kelompok sasaran meningkat pengetahuannya kesadaran maupun kemampuannya, sehingga dapat berperilaku   sehat   Caranya    dengan   penyuluhan   perorangan.   kelompok,   membuat gerak Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Ditingkat petugas strateai ini ditujuk kepada sasaran   primer.   meliputi   pimpinan   puskesmas.   kepala   din   kesehatan,   pemuka masyarakat.  Tujuannya  meningkatkan   motivasip untuk membantu  masyarakat untuk  menolong  dirinya  sendiri  di  bidang  kesehatan  Caranva   antara  lain  melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan, dll.

Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat

1.   Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiat pembinaan.
2.    Menganalisis  dan  mendisain  metode  dan  teknik  kegiatan  pemberdaya  seperti pelatihan,  pengembangan  media  komunikasi  untuk  penyuluh  individu,  kelompok dan massa, lomba, sarasehan dan lokakarya.


3.    Mengupayakan   dukungan   pimpinan,   program,   sektor   terkait   pada   ti  tatanan dalam bentuk komitmen dan sumber daya.
4.    Mengembanakan    metoda   dan   teknik   dan   media   yang   telah   diujicoba   d disempurnakan.
5.    Membuat  format pen] laian dan menilai hasil kegiatan bersama-sama deng; lintas program dan lintas sektor pada tatanan terkait.
6.   Menyusun   laporan   serta   menyajikannya    dalam   bentuk   tertulis   (ringkasan,
eksekutif).

Berdasarkan    uraian   tersebut,    maka   yang   perlu   dilakukan    dalam   penggerak;
pelaksanaan adalah menerapkan AIC, yaitu :
A (Apreciation)      :     penghargaan kepada para pelaksana kegiatan. I (Involvement)       :     keterlibatan para pelaksana dalam tugasnya.
C (Commitment)   :     kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan, tugasnya.

Hasil  yang  dicapai  dalam  tahap  penggerakan  pelaksanaan  adalah  adanya  kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana, khususnya dalam :
Penyuluhan perorangan, kelompok dan masyarakat
Kegiatan  pengembangan   kemitraan  dengan  program  dan  sektot  terkait  serta dunia usaha.
Kegiatan     pendekatan     kepada     pimpinan/pengambil      keputusan     Kegiatan pembinaan, bimbingan dan supervisi.
Mengembangkan daerah kajian atau daerah binaan.
Melaksanakan  pelatihan, baik untuk petugas kesehatan, lintas sektor. organisasi kemasyarakatan dan kelompok profesi.
Mengembangkan pesan dan media spesifik. Melaksanakan uji coba media dll.

E.   Tahap Pemantauan dan Penilaian

1.   Pemantauan.

Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan  hasil atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan pemantauan.

Waktu  pemantauan  dapat  dilakukan  secara  berkala  atau  pada  pertemuan  bulanan, topik  bahasannya   adalah  kegiatan   yang  telah  dan  akan  dilaksanakan   dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati  bersama. Selanjutnya  kendala-kendala yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya.
Cara  pemantauan  dapat  dilaksanakan  dengan  melakukan  kunjungan  lapangan  ke
tiap   tatanan    atau   dengan    melihat    buku   kegiatan/laporan    kegiatan    intervensi penyuluhan PHBS.

2.   Penilaian

Penilaian  dilakukan  dengan  menggunakan  instrumen  yang  sudah  dirancang  sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian dilaksanakan oleh pengelola PHBS lintas program  dan  lintas  sektor.  Penilaian  PHBS  meliputi  masukan,  proses  dan  luaran kegiatan.  Misalnya  jumlah  tenaga  terlatih  PHBS  media  yang telah dikembangkan, frekuensi dan cakupan penyuluhan.

Waktu  penilaian  dapat dilakukan  pada setiap  tahun atau setiap  dua tahun Caranya dengan  membandingkan  data  dasar  PHBS  dibandingkan  dengan  data  PHBS  hasil evaluasi  selanjutnya  menilai  kecenderungan  masing-masing  indikator  apakah mengalami    peningkatan    atau    penurunan,    mengkaji    penyebab    masalah    dan melakukan   pemecahannya,   kemudian   merencanakan   intervensi   berdasarkan   data hasil evaluasi PHBS.

Contoh di Kabupaten Pariaman data perilaku tidak merokok tahun  2001 menunjukan
44,2% sedangkan tahun 2002 ada peningkatan sebesar 73,6 %


Cara melakukan penilaian melalui :
Pengkajian ulang tentang PHBS
Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS
Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/kot a (SP2TP) Observasi.  wawancara  mendalam.  diskusi  kelompok  terarah  kepada  petugas, kader dan keluarga.

Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian adalah :
1. Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana
2. Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
3. Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi kemacetan/hambatan
4. Adanya peningkatan program PHBS


BAB III
INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH dan SEHAT
(PHBS)


A. Pengertian Indikator

Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktifitas pokok yang dijalankan telah sesuai dengan   rencana   dan  menghasilkan   dampak   yang  diharapkan.   Dengan   demikian indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian.

B. Persyarata n Indikator

Indikator harus memenuhi persyaratan antara lain :
1.    Sahih   (solid).  dapat  mengukur  sesuatu  yang  sebenarnya   dapat  diukur  oleh indikator tersebut.
2.    Obyektif, harus memberikan hasil yang sama, walaupun dipakai oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda.
3.   Sensitif, dapat mengukur perubahan sekecil apapun.
4.   Spesifik, dapat mengukur perubahan situasi dimaksud.

C. Sifat indikator

1.   Tunggal  (indikator tunggal) yang isinya terdiri dari satu indikator. Misal : Angka
Kematian Bayi (AKB).
2.   Jamak (indikator komposit). yang merupakan gabungan dari beberapa indikator.
Misal : Indek Mutu Hidup (IMH) yang merupakan gabungan dari 3 indikator. yaitu melek huruf. Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka harapan hidup anak usia 1 tahun.

D. Jenis-jenis indikator

Jenis   indikator   ada   3,   yaitu   indikator   input,   indikator   proses   dan   indikator output/outcome. Apabila diuraikan sebagai berikut :

Indikator Input
Yaitu  indikator  yang  berkaitan  dengan  penunjang  pelaksanaan  program  dan  turut menentukan keberhasilan program.
Seperti : tersedia air bersih, tersedia jamban yang bersih, tersedia tempat sampah,dll.

Indikator Proses
Yaitu  indikator  yang  menggambarkan  bagaimana  proses  kegiatan/program  berjalan atau tidak.
Seperti:   terpelihara   tempat   penampungan   air,   tersedia   alat   pembersih   jamban,
digunakan dan dipeliharanya tempat sampah dan lain-lain.

Indikator output/outcome
Yaitu   indikator   yang   menggambarkan    bagaimana   hasil   output   suatu   program kegiatan telah berjalan atau tidak.
Seperti  :  Digunakannya  air  bersih,  digunakannya  jamban, di halaman  dan di dalam
ruangan dalam keadaan bersih dll.

Ukuran-ukuran   yang   sering   digunakan   sebagai   indikator   adalah   angka   absolut, rasio, proporsi, angka/tingkat. Yang perlu diingat suatu indikator tidak selalu menjelaskan   keadaan   secara   keseluruhan,  tetapi  kadang-kadang   hanya  memberi petunjuk (indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan (proxy).


E. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Mengacu  pada  pengertian  perilaku  sehat,  indikator  ditetapkan  berdasarkan  area /
w-ilayah

1.   Indikator Nasional

Ditetapkan 3 indikator, yaitu:

a.   Persentase penduduk tidak merokok.
b.   Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan. c.   Persentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga .

Alasan  dipilihnya  ke  tiga  indikator  tersebut  berdasarkan  issue  global  dan  regional (Mega   Country   Health   Promotion   Network.   Healthy   Asean   Life   Styles),   seperti merokok  telah menj adi issue global,  karena  selain mengakibatkan  penyakit  seperti jantung, kankerparu-paru juga disinyalir menjadi entry point untuk narkoba.

Pola  makan  yang  buruk  akan  berakibat  buruk  pada  semua  golongan  umur,  bila terjadi pada usia balita akan menj adikan generasi yang lemah/generasi  yang hilang dikemudian hari. Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil ak an melahirkan bayi yang kurang sehat, bagi usia produktif  akan mengakibatkan  produktifitas  menurun.Kurang aktifitas fisik dan olah raga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung  lama  akan  menyebabkan  berbagal  penyakit,  seperti  jantung,  paru-paru, dan lain-lain.

2.   Indikator Lokal Spesifik

Yaitu   indikator   nasional   ditambah   indikator   lokal   spesifik   masingmasing   daerah sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.

Ada  16  indikator  yang  dapat  digunakan  uttuk  rnengukur  perilaku  sehat  sebagai berikut :
1.     lbu hamil memeriksakan kehamilannya.
2.     Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan.
3.     Pasangan usia subur (PUS ) memakai alat KB.
4.     Balita ditimbang.
5.     Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas.
6.     Bayi di imunisasi lengkap.
7.     Penduduk minum air bersih yang masak.
8.     Penduduk mengaiuiakan jamban sehat.
9.     Penduduk mencuci tangan pakai sabun.
10.   Penduduk menggosok gigi sebelum tidur.
11.   Penduduk tidak menggunakan napza.
12.   Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas.
13 .  Penduduk   wamta   memeriksakan   kesehatan   secara   berkala   den,   SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
14.   Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala un mengukur hipertensi.
15.   Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear.
16.   Perilaku  seksual  dan  indikator  lain  yang  diperlukan  sesuai  prioritas  masalah kesehatan yang ada didaerah.

3.   Indikator PHBS di tiap tatanan

Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator  perilaku dan  indik, lingkungan  di lima tatanan,  yaitu  tatanan  rumah  tangga,  tatanan  terr  kerja,  tatanan  tempat  umum, tatanan Sekolah, tatanan sarana kesehatan.


1.   Indikator tatanan rumah tangga :

a. Perilaku :
1. Tidak merokok
2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
3. Imunisasi
4. Penimbangan balita
5. Gizi Keluarga/sarapan
6. Kepesertaan Askes/JPKM
7. Mencuci tangan pakai sabun
8. Menggosok gigi sebelum tidur
9. Olah Raga teratur
b. Lingkungan :
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3 . Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ventilasi
6. Kepadatan
7. Lantai

2.   Indikator tatanan tempat kerja :

a.   Perilaku
1. Menggunakan alat pelindung
2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok
3 . Olah Raga teratur
4. Bebas Napza
5. Kebersihan
6. Ada Asuransi Kesehatan
b.   Lingkungan
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ventilasi
6. Pencahavaan
7. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)
8. Ada kantin
9. Terbebas dari bahan berbahaya
10. Ada klinik

3.  Indikator tatanan tempat umum
a.   Perilaku
1. Kebersihan jamban
2 . Kebersihan lingkungan
b.   Lingkungan
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3 . Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)

4.   Indikator Tatanan Sekolah :

a. Perilaku
1. Kebersihan pribadi
2. Tidak merokok
3. Olah raga teratur
4. TidakmenggunakanNAPZA


b. Lingkungan
I.  Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ventilasi
6. Kepadatan
7. Ada warung sehat
8. Ada UKS
9. Ada taman sekolah
5.   Indikator tatanan sarana kesehatan a. Perilaku
I. Tidak merokok
2. Kebersihan lingkungan
3. Kebersihan kamar mandi
b. Lingkungan
1. Ada j amban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ada IPAL (RS)
6. Ventilasi
7. Tempat cuci tangan
8. Ada pencegahan serangga

F. Cara memperoleh data PHBS

Ada beberapa indikator perilaku sehat yang dapat diperoleh dengan cara
1.  Menggunakan sumber data yang sudah tersedia seperti

SUSENAS (Survai Sosial Ekonomi Nasional)
SDKI (Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia) SAKERTI (Survai Kehidupan Rumah Tangga Indonesia) SURKESNAS (Survai Kesehatan Nasional)
SEM (Studi Evaluasi Manfaat), dll.

Sampel  data  tersebut  di  ambil  sampai  dengan  tingkat  Kabupaten/Kota  saja.  Oleh karena   itu,   daerah   dapat   mengembangkan    survai   cepat   PHBS   dari   tingkat kabupaten/kota   sampai   tingkat   desa   dengan   metode   sampel   WHO   yaitu   210
KK/kabupaten/kota,   sehingga  tingkat  akurasi  dan  penajaman  permasalahan  dapat diperoleh.

2.    Mengembangkan   survai  khusus,  apabila  ingin  memperoleh  data  yang  khusus seperti survai PBHS balk kuantitatif maupun kualitatif sesuai perilaku lainnya.

3.   Menggunakan laporan yang sudah ada.


BAB IV PENUTUP


1.    Panduan Manajemen  PHBS menuju Kabupaten/Kota  sehat disusun berdasarkan antara lain adanya perkembangan  indikator dan cara pengambilan  sampel. Oleh karena itu dalam pelaksanaan di lapangan, panduan ini dapat disesuaikan dan dikembangkan berdasarkan permasalahan dan keadaan daerah.

2.    Selanjutnya   para  pengguna   panduan   ini  diharapkan   mempunyai   pemahaman yang   mendalam,    motivasi   yang   kuat,   dan   kreativitas   yang   tinggi   untuk mempraktekkan program PHBS di lapangan.

3.    Dengan  demikian  program  PHBS  dapat berjalan secara efektif dan efisien serta diperlukan adanya dukungan positif dari semua pihak.

4.    Selain  itu,  kebijakan  Pusat  Promosi  Kesehatan  saat  ini  baru  melaksanakan program    PHBS    di    tatanan    rumah    tangga    yang    secara    bertahap    akan dikembangkan pada tatanan lain. Daerah dapat mengembangkan sendiri untuk melaksanakan   program  PHBS  pada  tatanan  lain  sesuai  dengan  kemampuan yang dimiliki.

5.    Selamat   bekerja,   semoga   Tuhan   Yang   Maha   Pengasih    dan   Penyayang senantiasa  memberikan  kekuatan,  petunjuk  dan  perlindunganNya  kepada  kita semua dalam menjalankan  tugas untuk membangun  masyarakat  Indonesia yang sehat rohani dan jasmani. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar