Selasa, 10 September 2013

Makalah Kurang Vitamin A (KVA)



BAB I
 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
             vitamin A merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, dan lebih penting lagi, vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang cukup mendapat vitamin A, bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain, maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah , sehingga tidak membahayakan jiwa anak.
           Dengan adanya bukti-bukti yang menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan  angka kematian yatiu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak.
          Kurang vitamin A (KVA) di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama. Meskipun KVA tingkat berat (xeropthalmia) sudah jarang ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masih menimpa masyarakat luas terutama kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium.
       Masalah KVA dapat diibaratkan sebagai fenomena “gunung es” yaitu masalah xeropthalmia yang hanya sedikit tampak di permukaan. Padahal KVA subklinis yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A dalam darah masih merupakan masalah besar yang perlu mendapat perhatian. Hal ini menjadi lebih penting lagi, karena erat kaitannya dengan masih tingginya angka penyakit infeksi dan kematian pada balita.
B. Rumusan Masalah
1.      Apakah KVA dan etiologinya?
2.      Apakah akibat dari KVA?
3.      Bagaimanakah cara pencegahan dan penanganan KVA dengan pemberian kapsul vitamin A?
4.      Bagaimanakah rekapitulasi hasil distribusi kapsul vitamin A di tingkat kecamatan ?
C.Tujuan Makalah
        Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui apakah KVA itu dan etiologinya,
2.      Untuk mengetahui akibat dari KVA,
3.      Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan KVA,
4.      Untuk mengetahui sejauh mana distribusi pemberian kapsul vitamin A pada bayi,balita,bufas di tingkat kecamatan.
D.Manfaat Makalah
      Hasil yang diharapkan dari  makalah ini, antara lain :
1.Penyusun
a.Sebagai penambah pengetahuan tentang KVA,
b.Sebagai penambah kreatifitas untuk menambah prestasi belajar,
c.Untuk mengevaluasi keberhasilan dari belajar.
2.Pengguna
a.Sebagai bahan masukan pengetahuan kuliah,
b.Sebagai bahan yang dapat memberikan manfaat yang berkaitan dengan KVA.



          




BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian vitamin A
 Vitamin A adalah merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Sebelum ditemukan vitamin yang larut dalam lemak, orang menduga bahwa lemak hanya berfungsi sebagai sumber energi. Vitamin yang larut dalam lemak biasanya ditimbun dalam tubuh dan karenanya tidak perlu disediakan setiap hari dalam makanan.
Absorbsi vitamin larut lemak yang normal ditentukan oleh absorbsi normal dari lemak. Gangguan absorbsi  lemak yang disebabkan oleh gangguan sistem empedu akan menyebabkan gangguan absorbsi vitamin–vitamin yang larut lemak. Setelah diabsorbsi, vitamin ini dibawa ke hepar dalam bentuk kilomikron dan disimpan di hepar atau dalam jaringan lemak. Di dalam darah, vitamin larut lemak diangkut oleh lipoprotein atau protein pengikat spesifik (Spesific Binding Protein), dan karena tidak larut dalam air, maka ekskresinya lewat empedu, yang dikeluarkan bersama-sama feses.
B.Pembagian Vitamin A
     Berdasarkan sifat kimianya,maka vitamin A terdiri dari :
1.      Preform vit.A (golongan vitamin A dalam bentuk aktif) yang terdiri dari alcohol (retinol), aldehid (retinal/retinaldehid), dan asam (asam retinoat),
2.      Provitamin A (karotenoid), ia akan diubah oleh tubuh menjadi perform vit.A. Ada lebih dari 600 macam provitamin A dan yang hanya bisa diubah menjadi vitamin A hanya  lebih kurang 10 %.
C.Struktur Kimia ,  1).Vitamin A
                    
     
 2).Pro vit.A
                    
D.Sifat-sifat vit.A
              Tumbuh-tumbuhan tidak mensintesis vitamin A, akan tetapi manusia dan hewan mempunyai enzim di dalam mukosa usus yang sanggup merubah karotenoid provitamin A menjadi vitamin A. Dikenal bentuk-bentuk vitamin A, yaitu bentuk alkohol, dikenal sebagai retinol, bentuk aldehid disebut retinal, dan berbentuk asam, yaitu asam retinoat.
            Retinol dan retinal mudah dirusak oleh oksidasi terutama dalam keadaan panas dan lembab dan bila berhubungan dengan mineral mikro atau dengan lemak/minyak yang tengik. Retinol tidak akan berubah dalam gelap, sehingga bisa disimpan dalam bentuk ampul, di tempat gelap, pada suhu di bawah nol. Retinol juga sukar berubah, jika disimpan dalam tempat tertutup rapat, apalagi disediakan antioksidan yang cocok. Vitamin dalam bentuk ester asetat atau palmitat bersifat lebih stabil dibanding bentuk alkohol maupun aldehid.  
            Secara kimia, penambahan vitamin E dan antioksidan alami dari tanaman bisa melindungi vitamin A dalam bahan makanan. Leguminosa tertentu, terutama kacang kedele dan alfafa, mengandung enzim lipoksigenase yang bisa merusak karoten, xantofil, bahkan  vitamin A, melalui tahapan-tahapan oksidasi dengan asam lemak tidak jenuh. Melalui pemanasan yang sempurna pada kacang kedele dan pengeringan pada alfafa akan merusak enzim tersebut.
            Di dalam praktek, terutama dalam penyimpanan, vitamin A bersifat tidak stabil. Guna menciptakan kestabilannya, maka dapat diambil langkah-langkah, yaitu secara kimia, dengan penambahan antioksidan dan secara mekanis dengan melapisi tetesan-tetesan vitamin A dengan lemak stabil, gelatin atau lilin, sehingga merupakan butiran-butiran kecil. Melalui teknik tersebut, maka sebagian besar vitamin A bisa dilindungi dari kontak langsung dengan oksigen.


E.Manfaat Vit.A
         Vitamin A essensial untuk pertumbuhan, karena merupakan senyawa penting yang menciptakan tubuh tahan terhadap infeksi dan  memelihara jaringan epithel berfungsi normal. Jaringan epithel yang dimaksud adalah terutama pada mata, alat pernapasan, alat pencernaan, alat reproduksi, syaraf dan sistem pembuangan urine.
        Hubungan antara vitamin A dengan fungsi mata yang normal, perlu mendapat perhatian khusus. Vitamin A berperan dalam sintesis stereoisomer dari retinal yang disebut retinen, yang berkombinasi dengan protein membentuk grup prostetik yang disebut “visual purple”, yang lebih dikenal dengan istilah rodopsin. Jadi vitamin A diperlukan untuk mensintesis rodopsin, yang selalu pecah atau dirusak oleh proses fotokimiawi sebagai salah satu proses fisiologis dalam sistem melihat. Apabila vitamin A pada suatu saat kurang dalam tubuh, maka sintesis ”visual purple” akan terganggu, sehingga terjadi kelainan-kelainan melihat.  
            Vitamin A berperan dalam berbagai proses tubuh, antara lain, stereoisomer dari retinal yang disebut retinen, memainkan peranan penting dalam penglihatan. Vitamin A diperlukan juga dalam pencegahan ataxia, pertumbuhan dan perkembangan sel, pemeliharaan kesempurnaan selaput lendir (mukosa), reproduksi,  pertumbuhan tulang rawan yang baik dan cairan serebrospinal yang normal, mampu meningkatkan sistem immun, berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan terbukti bisa melawan ketuaan.
Secara metabolik, vitamin A berperan dalam memacu sintesis kortikosteroid, yaitu pada proses hidroksilasi pregnenolon menjadi progesteron, memacu perubahan mevalonat menjadi squalen, yang selanjutnya dirubah menjadi kolesterol dan sebagai pengemban (carrier) pada sintesis glikoprotein membran.
F.Sumber Vitamin A
         Vitamin A banyak terkandung dalam minyak ikan. Vitamin A1 (retinal), terutama banyak terkandung dalam hati ikan laut. Vitamin A2 (retinol) atau 3-dehidro retinol, terutama terkandung dalam hati ikan tawar. Vitamin A yang berasal dari minyak ikan, sebagian besar ada dalam bentuk ester.
Vitamin A juga terkandung dalam bahan pangan, seperti mentega (lemak susu), kuning telur, keju, hati, hijauan dan wortel.  Warna hijau tumbuh-tumbuhan merupakan petunjuk yang baik tingginya kadar karoten. Buah-buahan berwarna merah dan kuning, seperti cabe merah, wortel, pisang, pepaya, banyak mengandung provitamin A, ß-karoten. Untuk makanan, biasanya vitamin A terdapat dalam makanan yang sudah difortifikasi (ditambahkan nilai gizinya).
G.Metabolisme vitamin A
 Vitamin A dan β-karoten diserap dari usus halus dan sebagian besar disimpan di dalam hati. Bentuk karoten dalam tumbuhan selain  β, adalah α, γ-karoten serta kriptosantin. Setelah dilepaskan dari bahan pangan dalam proses pencernaan, senyawa tersebut diserap oleh usus halus dengan bantuan  asam empedu (pembentukan micelle).
Vitamin A dan karoten diserap oleh usus dari micelle secara difusi pasif, kemudian digabungkan dengan kilomikron dan diserap melalui saluran limfatik, kemudian bergabung dengan saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Di hati, vitamin A digabungkan dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat diikat oleh protein pengikat retinol (PPR) atau retinol-binding protein (RBP), yang disintesis dalam hati. Selanjutnya ditransfer ke protein lain, yaitu “transthyretin” untuk diangkut ke sel-sel jaringan.
Vitamin A yang tidak digunakan oleh sel-sel tubuh diikat oleh protein pengikat retinol seluler (celluler retinol binding protein), sebagian diangkut ke hati dan bergabung dengan asam empedu, yang selanjutnya diekskresikan ke usus halus, kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Sebagian lagi diangkut ke ginjal dan diekskresikan melalui urine dalam bentuk asam retinoat.
Karoten diserap oleh usus seperti halnya vitamin A, sebagian dikonversi menjadi retinol dan metabolismenya seperti di atas. Sebagian kecil karoten disimpan dalam jaringan adiposa dan yang tidak digunakan oleh tubuh diekskresikan bersama asam empedu melalui feses.
Pada diet nabati, di lumen usus, oleh enzim β- karoten 15,15-deoksigenase,  β- karoten tersebut dipecah menjadi retinal (retinaldehid), yang kemudian direduksi menjadi retinol oleh enzim retinaldehid reduktase.  Pada diet hewani, retinol ester dihidrolisis oleh esterase dari pankreas, selanjutnya diabsorbsi dalam bentuk retinol, sehingga diperlukan garam empedu.
Proses di atas sangat  terkontrol, sehingga tidak dimungkinkan produksi vitamin A dari karoten secara berlebihan. Tidak seluruh karoten dapat dikonversi menjadi vitamin A, sebagian diserap utuh dan masuk ke dalam sirkulasi, hal ini akan digunakan tubuh sebagai antioksidan. Beberapa hal yang menyebabkan karoten gagal dikonversi menjadi vitamin A, antara lain (1) penyerapan tidak sempurna ; (2) konversi tidak 100%, salah satu sebab adalah diantara karoten lolos ke saluran limfe, dan (3) pemecahan yang kurang efisien.
H.Defisiensi Vitamin A (kurang Vitamin A)
  Etiologi defisiensi, yaitu :
1.      Penyakit hati,
2.      Malabsorbsi lemak akibat insufisiensi asam empedu,
3.      Infeksi akut : defisiensi protein akut, measles,
4.      Infeksi kronik : parasit intestinal,
5.      Merokok : berhubungan dengan penurunan kadar retinol,
6.      Konsumsi kurang dalam makanan secara kronik
7.      Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif
8.      Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam tubuh.
   Gejala defisiensi, seperti :
1.      Morbiditas dan mortalitas meningkat : pada anak-anak (penyakit infeksi seperti infeksi mata,saluran pernapasan dan diare).
2.      Night blindness (xeroftalmia), istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A pada mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang berakibat kebutaan. Kata Xeroftalmia (bahasa Latin) berarti mata kering karena terjadi kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.
3.      Segala macam penyakit infeksi cenderung meningkat
4.      Selera makan menurun akibat indra pengecap menurun
5.      Keratinisasi epitelial mukosa sel, Kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti sisik ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena KVA dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin golongan B atau Kurang Energi Protein (KEP) tingkat berat atau gizi buruk.
6.      Penebalan folikel rambut : folikular hiperkeratosis
          Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya. Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID UNICEF/HKI/ IVACG, 1996 sebagai berikut :
1.      XN : buta senja (hemeralopia, nyctalopia)
       Tanda-tanda :
a. Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina.
b.Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang setelah lama berada di cahaya terang
c.Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat melihat dilingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.
    Untuk mendeteksi apakah anak menderita buta senja dengan cara :
      a)   Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur/ menabrak benda didepannya, karna tidak dapat melihat.
      b)    Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak tersebut buta senja. Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila di dudukkan ditempat kurang cahaya karena tidak dapat melihat benda atau makanan di depannya.
2.      XIA : xerosis konjungtiva
                   Tanda-tanda :
1.      Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.
2.      Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah warna keclokatan.
 3 XIB : xerosis konjungtiva disertai bercak bitot
                  Tanda-tanda :
1.      Tanda-tanda xerosis kojungtiva (X1A) ditambah bercak bitot yaitu bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata sisi luar.
2.      Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan tanda khas pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai sebagai criteria penentuan prevalensi kurang vitamin A dalam masyarakat.
                 Dalam keadaan berat :
1.      Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva.dan Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut. Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik.
 4. X2 : xerosis kornea
           Tanda-tanda :
    1. Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea. Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar. Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita, penyakit inpeksi dan sistemik lainnya).       
 5. X3A : keratomalasia atau ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea.
 6. X3B : keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea
           Tanda-tanda :
    Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus. Tahap X3A ditandai bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea. Tahap X3B ditandai Bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 1/3 permukaan kornea. Keadaan umum penderita sangat buruk. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah).
 7 .XS : jaringan parut kornea (sikatriks/scar) dengan tandanya Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil. Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.
 8. XF : fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti cendol.
I.Pencegahan dan pengobatan
            Prinsip dasar untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh.Selain itu perbaikan kesehatan secara umum turut pula memegang peranan. Dalam upaya menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh, ditempuh kebijaksanan sebagai berikut:
¨      Meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami melalui penyuluhan,
¨      Menambahkan vitamin A pada bahan makanan yang dimakan oleh golongan sasaran secara luas (fortifikasi),
¨      Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi secara berkala.
               Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui proses komunikasi-informasi-edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman dan langgeng. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan fortifikasi dengan vitamin A masih bersifat rintisan . Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pda masyarakat apabila cakupannya tinggi (minimal 80%). Cakupan tersebut dapat tercapai apabila seluruh jajaran kesehatan dan sektor-sektor terkait dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.
1).Supementasi vitamin A
         Kapsul yang digunakan dalam suplementasi vit.A adalah kapsul yang mempunyai vit.A dosis tinggi
2).Sasaran utama suplementasi vit.A     
SASARAN
DOSIS
FREKWENSI
BAYI 6-11 BULAN
Kapsul biru (100.000 SI)
1 kali
ANAK BALITA 12-59 BULAN
Kapsul merah (200.000 SI)
2 kali
IBU NIFAS (0-42 HARI)
Kapsul merah (200.000 SI)
2 kali
         Berikut ini  waktu,cara,dan tempat pemberian suplementasi vit.A pada bayi,anak balita,dan ibu nifas adalah sebagai berikut :
a.pada bayi dan anak balita
     - waktu pemberian
1.      untuk bayi (6-11 bulan) diberikan 1 kali,yaitu pada bulan februari atau agustus,
2.      untuk anak balita (12-59 bulan) diberikan pada bulan februari dan agustus
    -cara pemberian
    Sebelum dilakukan pemberian kapsul,tanyakan dulu pada ibu balita apakah pernah menerima kapsul vit.A pada 1 bulan terakhir.
1.      Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih,
2.      Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul,
3.      Untuk anak yang sudah bisa menelan bisa diberikan langsung 1 kapsul untuk diminum.
   -tempat pemberian
1.      Sarana fasilitas kesehatan (puskesmas,rumah sakit, posyandu, poskesdes,dan sebagainya),
2.      Sarana pendidikan (taman kanak-kanak,balai penitipan anak,kelompok bermain dan sebagainya).
b.pada ibu nifas
          Tujuannya pemberian 1 kapsul vit.A dapat meningkatkan kandungan vit.A dalam ASI selama 60 hari,pemberian 2 kapsul vit.A diharapkan cukup menambah kandungan vit.A dalam ASI sampai usia bayi 6 bulan,kesehatan ibu lebih cepat pulih dan mencegah infeksi.
    -waktu pemberian
1.      1 kapsul vit.A diminum segera setelah saat persalinan
2.      1 kapsul vit.A diberikan 24 jam setelah pemberian kapsul pertama
Catatan : jika 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat vit.A,maka kapsul vit.A dapat diberikan :
1.      Pada kunjungan ibu nifas atau pada KN 1 (6-48 jam) atau pada saat pemberian imunisasi hepatitis B,
2.      Pada KN 2 (bayi berusia 3-7 hari) atau pada KN 3 (bayi usia 8-28 hari).
    -cara pemberian
Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan dulu pada ibu apakah setelah melahirkan sudah menerima kapsul vit.A,jika belum :
1.      Vit.A diminum segera setelah melahirkan dengan cara meminum langsung 1 kapsul,
2.      Kemudian minum lagi 1 kapsul setelah pemberian 1 kapsul yang pertama.
   -Tempat pemberian
1.      Sarana fasilitas kesehatan (rumah sakit,puskesmas,posyandu,pustu,dan sebagainya).
              Pemberian secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus mempunyai beberapa keuntungan:
¨      Memudahkan dalam memantau kegiatan pemberian kapsul, termasuk pencatatan dan pelaporannya, karena semua anak mempunyai jadwal pemberian yang sama.
¨      Memudahkan dalam upaya pengerakkan masyarakat, karena kampanye dapat dilakukan secara nasional disamping secara spesifik daerah.
¨      Memudahkan dalam pembuatan materi-materi penyuluhan (spot TV, spot radio, barang-barang cetak) terutama yang dikembangkan, diproduksi  dan disebarluaskan oleh tingkat Pusat/Propinsi/Kabupaten.  
3).Suplementasi Vitamin A pada situasi khusus
    a.Bila ada KLB campak atau infeksi lain,maka suplementasi diberikan pada :
       I.            Seluruh balita yang ada di wilayah tersebut diberikan 1 kapsul vit.A dengan dosis sesuai umurnya,
    II.            Balita yang telah mendapatkan kapsul vitamin A dalam jangka kurang dari 30 hari saat terjadi KLB,maka tidak perlu diberikan lagi.
   b.Untuk pengobatan xeroftalmia,campak dan gizi buruk pemberian vit.A mengikuti uraian sebagai berikut :
       I.            Saat ditemukan, berikan 1 kapsul vit.A merah/biru sesuai umur anak,
    II.            Hari berikutnya, berikan 1 kapsul lagi vit.A sesuai umurnya,
 III.            Dua minggu berikutnya, berikan 1 lagi kapsul vit.A sesuai umur si anak










BAB III
KESIMPULAN

                      Adapun yang bisa diambil dari pembahasan di atas,yaitu :
A.    Vitamin A merupakan hal yang essensial bagi tubuh,walaupun tidak perlu ada dalam makanan sehari-hari,
B.     KVA merupakan masalah yang masih sering di temukan di Indonesia dan masih masalah gizi utama sehingga pencegahannya harus segera terealisir supaya masa depan bangsa ini tidak loss generation,
C.     Dalam pemberian kapsul vitamin A sangatlah harus dipahami cara pemberian,dan waktu pemberian serta dosis menurut sasaran penerima supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti gejala-gejala dari kelebihan dari vitamin A.




DARTAR PUSTAKA

Ina Hernawati,Dr,MPH.2009.Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A.Diunduh dari HTTP ://www.depkes.go.id.Diakses tanggal 27 april 2012.
Inge Permadhi,DrMS.2000.Vitamin A (retinol.Diunduh dari HTTP : //staff.uny.ac.id.Diakses tanggal  27 april 2012.




            

1 komentar: