BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
vitamin A merupakan zat gizi yang
penting (essensial) bagi manusia, karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh
tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Vitamin A penting untuk kesehatan
mata dan mencegah kebutaan, dan lebih penting lagi, vitamin A meningkatkan daya
tahan tubuh. Anak-anak yang cukup mendapat vitamin A, bila terkena diare,
campak atau penyakit infeksi lain, maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah
menjadi parah , sehingga tidak membahayakan jiwa anak.
Dengan adanya bukti-bukti yang
menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan
angka kematian yatiu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah
kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan
hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak.
Kurang vitamin A (KVA) di Indonesia masih
merupakan masalah gizi utama. Meskipun KVA tingkat berat (xeropthalmia) sudah
jarang ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum
menampakkan gejala nyata, masih menimpa masyarakat luas terutama kelompok
balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar
vitamin A dalam darah di laboratorium.
Masalah KVA dapat diibaratkan sebagai
fenomena “gunung es” yaitu masalah xeropthalmia yang hanya sedikit tampak di permukaan.
Padahal KVA subklinis yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A dalam
darah masih merupakan masalah besar yang perlu mendapat perhatian. Hal ini
menjadi lebih penting lagi, karena erat kaitannya dengan masih tingginya angka
penyakit infeksi dan kematian pada balita.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
KVA dan etiologinya?
2. Apakah
akibat dari KVA?
3. Bagaimanakah
cara pencegahan dan penanganan KVA dengan pemberian kapsul vitamin A?
4. Bagaimanakah
rekapitulasi hasil distribusi kapsul vitamin A di tingkat kecamatan ?
C.Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui apakah KVA itu dan etiologinya,
2. Untuk
mengetahui akibat dari KVA,
3. Untuk
mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan KVA,
4. Untuk
mengetahui sejauh mana distribusi pemberian kapsul vitamin A pada
bayi,balita,bufas di tingkat kecamatan.
D.Manfaat Makalah
Hasil yang diharapkan dari makalah ini, antara lain :
1.Penyusun
a.Sebagai
penambah pengetahuan tentang KVA,
b.Sebagai
penambah kreatifitas untuk menambah prestasi belajar,
c.Untuk
mengevaluasi keberhasilan dari belajar.
2.Pengguna
a.Sebagai
bahan masukan pengetahuan kuliah,
b.Sebagai
bahan yang dapat memberikan manfaat yang berkaitan dengan KVA.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian vitamin A
Vitamin A adalah merupakan salah satu vitamin
yang larut dalam lemak. Sebelum
ditemukan vitamin yang larut dalam lemak, orang menduga bahwa lemak hanya
berfungsi sebagai sumber energi. Vitamin yang larut dalam lemak biasanya ditimbun dalam tubuh dan
karenanya tidak perlu disediakan setiap hari dalam makanan.
Absorbsi vitamin larut lemak yang normal ditentukan oleh
absorbsi normal dari lemak. Gangguan absorbsi
lemak yang disebabkan oleh gangguan sistem empedu akan menyebabkan
gangguan absorbsi vitamin–vitamin yang larut lemak. Setelah diabsorbsi, vitamin
ini dibawa ke hepar dalam bentuk kilomikron dan disimpan di hepar atau dalam
jaringan lemak. Di dalam darah, vitamin larut lemak diangkut oleh lipoprotein
atau protein pengikat spesifik (Spesific Binding Protein), dan karena
tidak larut dalam air, maka ekskresinya lewat empedu, yang dikeluarkan
bersama-sama feses.
B.Pembagian Vitamin A
Berdasarkan sifat kimianya,maka vitamin A
terdiri dari :
1. Preform
vit.A (golongan vitamin A dalam bentuk aktif) yang terdiri dari alcohol
(retinol), aldehid (retinal/retinaldehid), dan asam (asam retinoat),
2. Provitamin
A (karotenoid), ia akan diubah oleh tubuh menjadi perform vit.A. Ada lebih dari
600 macam provitamin A dan yang hanya bisa diubah menjadi vitamin A hanya lebih kurang 10 %.
C.Struktur Kimia , 1).Vitamin A
2).Pro vit.A
D.Sifat-sifat vit.A
Tumbuh-tumbuhan tidak mensintesis vitamin A, akan tetapi
manusia dan hewan mempunyai enzim di dalam mukosa usus yang sanggup merubah
karotenoid provitamin A menjadi vitamin A. Dikenal bentuk-bentuk vitamin A,
yaitu bentuk alkohol, dikenal sebagai retinol, bentuk aldehid disebut retinal,
dan berbentuk asam, yaitu asam retinoat.
Retinol
dan retinal mudah dirusak oleh oksidasi terutama dalam keadaan panas dan lembab
dan bila berhubungan dengan mineral mikro atau dengan lemak/minyak yang tengik.
Retinol tidak akan berubah dalam gelap, sehingga bisa disimpan dalam bentuk
ampul, di tempat gelap, pada suhu di bawah nol. Retinol juga sukar berubah,
jika disimpan dalam tempat tertutup rapat, apalagi disediakan antioksidan yang
cocok. Vitamin dalam bentuk ester asetat atau palmitat bersifat lebih stabil
dibanding bentuk alkohol maupun aldehid.
Secara
kimia, penambahan vitamin E dan antioksidan alami dari tanaman bisa melindungi
vitamin A dalam bahan makanan. Leguminosa tertentu, terutama kacang kedele dan
alfafa, mengandung enzim lipoksigenase yang bisa merusak karoten, xantofil,
bahkan vitamin A, melalui
tahapan-tahapan oksidasi dengan asam lemak tidak jenuh. Melalui pemanasan yang
sempurna pada kacang kedele dan pengeringan pada alfafa akan merusak enzim
tersebut.
Di dalam
praktek, terutama dalam penyimpanan, vitamin A bersifat tidak stabil. Guna
menciptakan kestabilannya, maka dapat diambil langkah-langkah, yaitu secara
kimia, dengan penambahan antioksidan dan secara mekanis dengan melapisi
tetesan-tetesan vitamin A dengan lemak stabil, gelatin atau lilin, sehingga
merupakan butiran-butiran kecil. Melalui teknik tersebut, maka sebagian besar
vitamin A bisa dilindungi dari kontak langsung dengan oksigen.
E.Manfaat
Vit.A
Vitamin A
essensial untuk pertumbuhan, karena merupakan senyawa penting yang menciptakan
tubuh tahan terhadap infeksi dan
memelihara jaringan epithel berfungsi normal. Jaringan epithel yang
dimaksud adalah terutama pada mata, alat pernapasan, alat pencernaan, alat
reproduksi, syaraf dan sistem pembuangan urine.
Hubungan
antara vitamin A dengan fungsi mata yang normal, perlu mendapat perhatian
khusus. Vitamin A berperan dalam sintesis stereoisomer dari retinal yang
disebut retinen, yang berkombinasi dengan protein membentuk grup
prostetik yang disebut “visual purple”, yang lebih dikenal dengan
istilah rodopsin. Jadi vitamin A diperlukan untuk mensintesis rodopsin, yang
selalu pecah atau dirusak oleh proses fotokimiawi sebagai salah satu proses
fisiologis dalam sistem melihat. Apabila vitamin A pada suatu saat kurang dalam
tubuh, maka sintesis ”visual purple” akan terganggu, sehingga terjadi
kelainan-kelainan melihat.
Vitamin
A berperan dalam berbagai proses tubuh, antara lain, stereoisomer dari retinal
yang disebut retinen, memainkan peranan penting dalam penglihatan. Vitamin A
diperlukan juga dalam pencegahan ataxia, pertumbuhan dan perkembangan
sel, pemeliharaan kesempurnaan selaput lendir (mukosa), reproduksi, pertumbuhan tulang rawan yang baik dan
cairan serebrospinal yang normal, mampu meningkatkan
sistem immun, berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan terbukti bisa
melawan ketuaan.
Secara metabolik, vitamin A berperan dalam
memacu sintesis kortikosteroid, yaitu pada proses hidroksilasi pregnenolon
menjadi progesteron, memacu perubahan mevalonat menjadi squalen, yang
selanjutnya dirubah menjadi kolesterol dan sebagai pengemban (carrier) pada
sintesis glikoprotein membran.
F.Sumber Vitamin A
Vitamin A banyak terkandung dalam minyak ikan. Vitamin A1
(retinal), terutama banyak terkandung dalam hati ikan laut. Vitamin A2
(retinol) atau 3-dehidro retinol, terutama terkandung dalam hati ikan tawar.
Vitamin A yang berasal dari minyak ikan, sebagian besar ada dalam bentuk ester.
Vitamin A juga terkandung
dalam bahan pangan, seperti mentega (lemak susu), kuning telur, keju, hati,
hijauan dan wortel. Warna hijau
tumbuh-tumbuhan merupakan petunjuk yang baik tingginya kadar karoten.
Buah-buahan berwarna merah dan kuning, seperti cabe merah, wortel, pisang,
pepaya, banyak mengandung provitamin A, ß-karoten. Untuk
makanan, biasanya vitamin A terdapat dalam makanan yang sudah difortifikasi
(ditambahkan nilai gizinya).
G.Metabolisme vitamin A
Vitamin A dan β-karoten diserap dari
usus halus dan sebagian besar disimpan di dalam hati. Bentuk karoten dalam
tumbuhan selain β, adalah α, γ-karoten serta
kriptosantin. Setelah dilepaskan dari bahan pangan dalam proses pencernaan,
senyawa tersebut diserap oleh usus halus dengan bantuan asam empedu (pembentukan micelle).
Vitamin A dan karoten
diserap oleh usus dari micelle secara difusi pasif, kemudian digabungkan dengan
kilomikron dan diserap melalui saluran limfatik, kemudian bergabung dengan
saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Di hati, vitamin A digabungkan
dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil-palmitat. Bila
diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat diikat oleh protein pengikat
retinol (PPR) atau retinol-binding protein (RBP), yang disintesis
dalam hati. Selanjutnya ditransfer ke protein lain, yaitu “transthyretin” untuk
diangkut ke sel-sel jaringan.
Vitamin A yang tidak
digunakan oleh sel-sel tubuh diikat oleh protein pengikat retinol seluler (celluler
retinol binding protein), sebagian diangkut ke hati dan bergabung dengan
asam empedu, yang selanjutnya diekskresikan ke usus halus, kemudian dikeluarkan
dari tubuh melalui feses. Sebagian lagi diangkut ke ginjal dan diekskresikan
melalui urine dalam bentuk asam retinoat.
Karoten diserap oleh usus
seperti halnya vitamin A, sebagian dikonversi menjadi retinol dan
metabolismenya seperti di atas. Sebagian kecil karoten disimpan dalam jaringan
adiposa dan yang tidak digunakan oleh tubuh diekskresikan bersama asam empedu
melalui feses.
Pada diet nabati, di
lumen usus, oleh enzim β- karoten 15,15-deoksigenase, β- karoten tersebut dipecah menjadi retinal
(retinaldehid), yang kemudian direduksi menjadi retinol oleh enzim
retinaldehid reduktase. Pada diet
hewani, retinol ester dihidrolisis oleh esterase dari pankreas,
selanjutnya diabsorbsi dalam bentuk retinol, sehingga diperlukan garam empedu.
Proses di atas
sangat terkontrol, sehingga tidak
dimungkinkan produksi vitamin A dari karoten secara berlebihan. Tidak seluruh
karoten dapat dikonversi menjadi vitamin A, sebagian diserap utuh dan masuk ke
dalam sirkulasi, hal ini akan digunakan tubuh sebagai antioksidan. Beberapa hal
yang menyebabkan karoten gagal dikonversi menjadi vitamin A, antara lain (1)
penyerapan tidak sempurna ; (2) konversi tidak 100%, salah satu sebab
adalah diantara karoten lolos ke saluran limfe, dan (3) pemecahan yang kurang
efisien.
H.Defisiensi Vitamin A (kurang Vitamin A)
Etiologi defisiensi, yaitu :
1.
Penyakit hati,
2.
Malabsorbsi lemak akibat insufisiensi asam empedu,
3.
Infeksi akut : defisiensi protein akut, measles,
4.
Infeksi kronik : parasit intestinal,
5.
Merokok : berhubungan dengan penurunan kadar retinol,
6.
Konsumsi kurang dalam makanan secara kronik
7.
Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif
8.
Menu tidak seimbang (kurang mengandung
lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan
vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam tubuh.
Gejala defisiensi, seperti :
1.
Morbiditas dan mortalitas meningkat : pada anak-anak
(penyakit infeksi seperti infeksi mata,saluran pernapasan dan diare).
2.
Night blindness (xeroftalmia),
istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A pada mata, termasuk
terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang
berakibat kebutaan. Kata Xeroftalmia (bahasa Latin) berarti mata kering
karena terjadi kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening
(kornea) mata.
3.
Segala macam penyakit infeksi cenderung meningkat
4.
Selera makan menurun akibat indra pengecap menurun
5.
Keratinisasi epitelial mukosa sel,
Kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan
atas bagian belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti sisik ikan.
Kelainan ini selain disebabkan karena KVA dapat juga disebabkan karena
kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin golongan B atau Kurang Energi
Protein (KEP) tingkat berat atau gizi buruk.
6.
Penebalan folikel rambut : folikular hiperkeratosis
Gejala
klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah
berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita
penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya. Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata
menurut klasifikasi WHO/USAID UNICEF/HKI/ IVACG, 1996 sebagai berikut :
1.
XN : buta
senja (hemeralopia, nyctalopia)
Tanda-tanda :
a.
Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina.
b.Pada
keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang
setelah lama berada di cahaya terang
c.Penglihatan
menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat melihat dilingkungan yang
kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.
Untuk mendeteksi apakah anak menderita
buta senja dengan cara :
a)
Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur/ menabrak
benda didepannya, karna tidak dapat melihat.
b)
Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak
tersebut buta senja. Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila di
dudukkan ditempat kurang cahaya karena tidak dapat melihat benda atau makanan
di depannya.
2.
XIA : xerosis
konjungtiva
Tanda-tanda :
1. Selaput
lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit kering,
berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.
2. Orang
tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah warna keclokatan.
3 XIB : xerosis
konjungtiva disertai bercak bitot
Tanda-tanda :
1. Tanda-tanda
xerosis kojungtiva (X1A) ditambah bercak bitot yaitu bercak putih seperti busa
sabun atau keju terutama di daerah celah mata sisi luar.
2. Bercak
ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan tanda khas pada
penderita xeroftalmia, sehingga dipakai sebagai criteria penentuan prevalensi
kurang vitamin A dalam masyarakat.
Dalam keadaan berat :
1. Tampak
kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva.dan Konjungtiva tampak
menebal, berlipat-lipat dan berkerut. Orang tua mengeluh mata anaknya tampak
bersisik.
4. X2 : xerosis
kornea
Tanda-tanda :
1. Kekeringan pada konjungtiva berlanjut
sampai kornea. Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar.
Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita, penyakit inpeksi
dan sistemik lainnya).
5. X3A : keratomalasia
atau ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea.
6. X3B : keratomalasia
atau ulserasi sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea
Tanda-tanda :
Kornea melunak seperti bubur dan dapat
terjadi ulkus. Tahap X3A ditandai bila kelainan mengenai kurang dari 1/3
permukaan kornea. Tahap X3B ditandai Bila kelainan mengenai semua atau lebih
dari 1/3 permukaan kornea. Keadaan umum penderita sangat buruk. Pada tahap ini
dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah).
7 .XS : jaringan
parut kornea (sikatriks/scar) dengan tandanya Kornea mata tampak menjadi putih
atau bola mata tampak mengecil. Bila luka pada kornea telah sembuh akan
meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Penderita menjadi buta
yang sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.
8. XF : fundus
xeroftalmia, dengan gambaran seperti cendol.
I.Pencegahan dan pengobatan
Prinsip
dasar untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah menyediakan vitamin A
yang cukup untuk tubuh.Selain itu perbaikan kesehatan secara umum turut pula
memegang peranan. Dalam upaya menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh,
ditempuh kebijaksanan sebagai berikut:
¨ Meningkatkan
konsumsi sumber vitamin A alami melalui penyuluhan,
¨ Menambahkan
vitamin A pada bahan makanan yang dimakan oleh golongan sasaran secara luas
(fortifikasi),
¨ Distribusi
kapsul vitamin A dosis tinggi secara berkala.
Upaya meningkatkan konsumsi
bahan makanan sumber vitamin A melalui proses komunikasi-informasi-edukasi
(KIE) merupakan upaya yang paling aman dan langgeng. Namun disadari bahwa
penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan
fortifikasi dengan vitamin A masih bersifat rintisan . Oleh sebab itu
penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A
dosis tinggi. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi
masalah KVA pda masyarakat apabila cakupannya tinggi (minimal 80%). Cakupan
tersebut dapat tercapai apabila seluruh jajaran kesehatan dan sektor-sektor
terkait dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.
1).Supementasi vitamin A
Kapsul yang digunakan dalam suplementasi vit.A
adalah kapsul yang mempunyai vit.A dosis tinggi
2).Sasaran utama suplementasi vit.A
|
SASARAN
|
DOSIS
|
FREKWENSI
|
|
BAYI 6-11 BULAN
|
Kapsul biru (100.000 SI)
|
1 kali
|
|
ANAK BALITA 12-59 BULAN
|
Kapsul merah (200.000 SI)
|
2 kali
|
|
IBU NIFAS (0-42 HARI)
|
Kapsul merah (200.000 SI)
|
2 kali
|
Berikut ini
waktu,cara,dan tempat pemberian suplementasi vit.A pada bayi,anak
balita,dan ibu nifas adalah sebagai berikut :
a.pada bayi dan anak balita
- waktu pemberian
1.
untuk bayi (6-11 bulan) diberikan 1 kali,yaitu pada bulan
februari atau agustus,
2.
untuk anak balita (12-59 bulan) diberikan pada bulan
februari dan agustus
-cara pemberian
Sebelum dilakukan pemberian kapsul,tanyakan dulu pada ibu balita apakah
pernah menerima kapsul vit.A pada 1 bulan terakhir.
1.
Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang
bersih,
2.
Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul,
3.
Untuk anak yang sudah bisa menelan bisa diberikan
langsung 1 kapsul untuk diminum.
-tempat pemberian
1.
Sarana fasilitas kesehatan (puskesmas,rumah sakit, posyandu,
poskesdes,dan sebagainya),
2.
Sarana pendidikan (taman kanak-kanak,balai penitipan
anak,kelompok bermain dan sebagainya).
b.pada ibu nifas
Tujuannya pemberian 1 kapsul
vit.A dapat meningkatkan kandungan vit.A dalam ASI selama 60 hari,pemberian 2
kapsul vit.A diharapkan cukup menambah kandungan vit.A dalam ASI sampai usia
bayi 6 bulan,kesehatan ibu lebih cepat pulih dan mencegah infeksi.
-waktu pemberian
1.
1 kapsul vit.A diminum segera setelah saat persalinan
2.
1 kapsul vit.A diberikan 24 jam setelah pemberian kapsul pertama
Catatan : jika 24 jam setelah melahirkan
ibu tidak mendapat vit.A,maka kapsul vit.A dapat diberikan :
1.
Pada kunjungan ibu nifas atau pada KN 1 (6-48 jam) atau
pada saat pemberian imunisasi hepatitis B,
2.
Pada KN 2 (bayi berusia 3-7 hari) atau pada KN 3 (bayi
usia 8-28 hari).
-cara pemberian
Sebelum dilakukan pemberian kapsul,
tanyakan dulu pada ibu apakah setelah melahirkan sudah menerima kapsul
vit.A,jika belum :
1.
Vit.A diminum segera setelah melahirkan dengan cara meminum
langsung 1 kapsul,
2.
Kemudian minum lagi 1 kapsul setelah pemberian 1 kapsul
yang pertama.
-Tempat pemberian
1.
Sarana fasilitas kesehatan (rumah
sakit,puskesmas,posyandu,pustu,dan sebagainya).
Pemberian secara serentak dalam bulan
Februari dan Agustus mempunyai beberapa keuntungan:
¨
Memudahkan dalam
memantau kegiatan pemberian kapsul, termasuk pencatatan dan pelaporannya,
karena semua anak mempunyai jadwal pemberian yang sama.
¨
Memudahkan dalam upaya
pengerakkan masyarakat, karena kampanye dapat dilakukan secara nasional
disamping secara spesifik daerah.
¨
Memudahkan dalam
pembuatan materi-materi penyuluhan (spot TV, spot radio, barang-barang cetak)
terutama yang dikembangkan, diproduksi
dan disebarluaskan oleh tingkat Pusat/Propinsi/Kabupaten.
3).Suplementasi Vitamin A pada situasi
khusus
a.Bila ada KLB campak atau infeksi lain,maka suplementasi diberikan pada
:
I.
Seluruh balita yang ada di wilayah tersebut diberikan 1
kapsul vit.A dengan dosis sesuai umurnya,
II.
Balita yang telah mendapatkan kapsul vitamin A dalam
jangka kurang dari 30 hari saat terjadi KLB,maka tidak perlu diberikan lagi.
b.Untuk pengobatan xeroftalmia,campak dan gizi buruk pemberian vit.A
mengikuti uraian sebagai berikut :
I.
Saat ditemukan, berikan 1 kapsul vit.A merah/biru sesuai
umur anak,
II.
Hari berikutnya, berikan 1 kapsul lagi vit.A sesuai
umurnya,
III.
Dua minggu berikutnya, berikan 1 lagi kapsul vit.A sesuai
umur si anak
BAB III
KESIMPULAN
Adapun yang bisa diambil
dari pembahasan di atas,yaitu :
A.
Vitamin A merupakan hal yang essensial bagi
tubuh,walaupun tidak perlu ada dalam makanan sehari-hari,
B.
KVA merupakan masalah yang masih sering di temukan di
Indonesia dan masih masalah gizi utama sehingga pencegahannya harus segera
terealisir supaya masa depan bangsa ini tidak loss generation,
C.
Dalam pemberian kapsul vitamin A sangatlah harus dipahami
cara pemberian,dan waktu pemberian serta dosis menurut sasaran penerima supaya
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti gejala-gejala dari
kelebihan dari vitamin A.
DARTAR
PUSTAKA
Ina Hernawati,Dr,MPH.2009.Panduan Manajemen Suplementasi
Vitamin A.Diunduh dari HTTP ://www.depkes.go.id.Diakses tanggal 27 april 2012.
Inge Permadhi,DrMS.2000.Vitamin A (retinol.Diunduh dari
HTTP : //staff.uny.ac.id.Diakses tanggal
27 april 2012.
sip
BalasHapus