Selasa, 12 April 2016

Makalah SKDN

Makalah SKDN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Balita baru yang diperiksa kesehatannya sekaligus dicek tumbuh kembangnya oleh Petugas Puskesmas/Puskesmas Pembantu Polindes di dalam maupun diluar Institusi Kesehatan seperti di Posyandu.
Balita yang naik berat badannya adalah Balita yang pada waktu ditimbang di fasilitas kesehatan atau posyandu mengalami kenaikan berat badan sesuai pedoman apabila dibandingkan dengan hasil penimbangan sebelumnya.
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN, dimana balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang memiliki KMS (K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang dan naik berat badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di KMS dan digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI, 2003).
B.     Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Apa itu  SKDN
2.      Bagaimana analisis SKDN
3.      Posyandu
4.      KMS
5.      Buku KIA

C.    Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui apa itu SKDN
2.      Mengetahui bagaimana cara kerja  Posyandu
3.      Mengetahui apa itu KMS
4.      Mengetahui analisis SKDN
5.      Mengetahui tentang Buku KIA

 

  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    SKDN
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN, dimana balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang memiliki KMS (K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang dan naik berat badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di KMS dan digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI, 2003).
SKDN merupakan hasil kegiatan penimbangan balita yang dilakukan setiap bulan dalam bentuk histogram sederhana. Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos Penimbangan Balita menggunakan indiktor-indikator SKDN.  SKDN adalah singkatan dari pengertian kata-katanya yaitu:
  1. S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu.
  2. K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat).
  3. D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah dan menimbang berat badannya sesuai atau jumlah seluruh balita yang Ditimbang.
  4. N adalah jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami peningkatan bebrat badan dibanding bulannya sebelumnya dengan garis pertumbuhan.
  5. Dan O adalah jumlah anak yang tidak ditimbang bulan lalu.
Berdasarkan SKDN dari bulan ke bulan disimak untuk mengetahui kemajuan program perbaikan gizi. Naik turunnya D atau S dapat diinterprestasikan sebagai tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan di posyandu, sedangkan naik turunnya N terhadap S dapat diartikan sebagai keberhasilan atau kegagalan mencapai tujuan program dalam kegiatan UPGK di posyandu (Suhardjo 2003).
Dari uraian SKDN dapat digabungkan satu sama lain sehingga dapat memberikan informasi tentang perkembangan kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di posyandu yaitu :
1.         Indikator K/S
K/S adalah indikator yang menggambarkan jangkauan atau liputan program. Indikator ini dihitung dengan cara membandingkan jumlah balita yang dapat di posyandu dan memiliki KMS dengan jumlah balita yang ada di wilayah posyandu tersebut dikalikan 100%.
2.         Indikator D/S
D/S adalah indikator yang menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan di posyandu.
3.         Indikator N/D
N/D adalah memberikan gambaran tingkat keberhasilan program dalam kegiatan UPGK di posyandu. Indikator ini lebih spesifik dibanding dengan indikator lainnya sehingga dapat digunakan sebagai gambaran dasar gizi balita.
4.         Indikator N/S
N/S adalah memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan program di posyandu. Indikator ini menunjukkan balita yang ditimbang dan naik berat badannya.
B.     Analisis SKDN
Biasanya setelah melakukan kegiatan di posyandu atau di pos penimbangan petugas kesehatan dan kader Posyandu (Petugas sukarela) melakukan analisis SKDN. Analisisnya terdiri dari:
1.      Tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu atau  dengan menggunakan rumus (D/S x 100%), hasilnya minimal harus capai 80 % apabila dibawah 80 % maka dikatakan partisipasi mayarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader posyandu dan memungkinkan balita ini tidak diketahui pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan berat badannya.
2.      Tingkat Liputan Program  yaitu Jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%), hasil yang ducapai harus 100 %. Alasannya balita-balita yang telah mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat ) telah mempunyai alat instrumen untuk memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan lainnya, Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS maka pada dasarnya program Posyandu tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau biasa juga dikatakan  balita yang seharusnya  mempunyai KMS karena memang  mereka (Balita) masih dalam fase pertumbuhan ini telah kehilangan kesempatan untuk mendapat pelayanan sebagaimana yang terdapat dalam KMS tersebut. Khusus  untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini menggunakan rumus {(S-K)/S x 100%) yaitu jumlah balita yang ada diwilayah posyandu dikurangi jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada, semakin tinggi presentase kehilangan kesempatan maka semakin rendah kemauan orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KSM sangat baik untuk memantau pertumbuhan Berat Badan Balita atau juga Pola Pertumbuhan Berat Badan Balita.
3.      Indikator-indikator lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang Naik Berat Badannya di bandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya semua balita yang ditimbang harus memgalami peningkatan berat-badannya.
4.      Indikator lainnya dalam SKDN adalah  Indikator  Drop Out  yaitu balita yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan rumusnya  yaitu jumlah balita yang telah mendapat KMS dibagi  dengan Jumlah Balita ditimbang hasilnya dibagi dengan Balita yang punya KMS atau rumusnya adalah  (K-D)/K x 100%.
Dari kesemua indikator tersebut diatas. Indikator yang paling sederhana di posyandu adalah ANAK SEHAT BERTAMBAH UMUR BERTAMBAH BERAT BADAN.  Dan ini juga adalah yang menjadi ikon dari keberadaan posyandu (pos penimbangan), sekaligus juga berlaku sebagai output untuk semua kegiatan di posyandu.
Berikut adalah rumus untuk mencari persentase SKDN:

 

 
Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Meureubo yaitu data hasil rekapitulasi baduta dan balita menunjukkan bahwa dari 34 desa yang termasuk dalam  wilayah kerja Puskesmas Meureubo, hanya empat desa yang memenuhi target SPM. Sementara 30 desa lainnya di bawah target. Dengan target SPM D/S adalah 80 %.
Sementara  jumlah balita yang memiliki KMS (K/S) dengan target adalah 100% menunjukkan hanya mencapai 63 %. Hal ini masih jauh dari target yang ditentukan. Dimana semua balita harus memiliki KMS.
Berikut dalah data cakupan PWS balita dan perbandingan cakupan SKDN (PWS) anak balita laki – laki dan perempuan UPTD Puskesmas Meureubo Maret 2012.

 

 


 

A.    Pengertian Posyandu
a.         Pengertian
Posyandu adalah singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu. Keterpaduan adalah penyatuan/ penyerasian dinamis kegiatan dari paling sedikit daua program untuk saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama. Dengan dinamis dimaksudkan bahwa keterpaduan tersebut dapat berkembang dan meluas. Keterpaduan dalam aspek sasaran, lokasi kegiatan, petugas penyelenggara, aspek dana dan lain sebagainya. Kini keterpaduan lebih dikembangkan untuk penyerasian dinamis berbagai program yang berkaitan dan mempunyai dampak peningkatan taraf kesehatan dan pembangunan kesejahteraan rakyat pada umumnya (Idrus M, 2006 : 2).
Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat dalam pemenuhan dasar dan gizi melalui peran serta masyarakat dan penyediaan pelayanan yang berkualitas. Posyandu diselenggarakan dan dikelola oleh masyarakat desa dengan bimbingan berkala dari Puskesmas. Kegiatan posyandu mendapat dukungan teknis dari Departemen kesehatan, BKKBN, Pertanian, Agama dan bantuan financial dari pemerintah daerah setempat, swasta maupun lembaga swadaya masyarakat (Idrus M, 2006:3).
Dalam revitalisasi kegiatannya yaitu pelatihan pelatih dan kader, peningkatan jangkauan pelayanan, peningkatan peran serta masyarakat dan membangun kemitraan. Optimalisasi kegiatan posyandu, pelayanan terutama pada Baduta dan memperkuat dukungan pendampingan dan pembinaan oleh tenaga profesional dan tokoh masyarakat. Kegiatan utaman yang minimal pada posyandu adalah Kesehatan Ibu dan Anak, Imunisasi, Gizi dan Penanggulangan diare serta kegiatan pengembangan pilihan lainnya sesuai dengan wilayahnya (Idrus M, 2006 : 4).
Stratifikasi Posyandu berdasarkan atas dasar indikator, yang digolongkan menjadi 4 angkatan Kemandirian Posyandu atau stratifikasi yang dijelaskan dalam tabel berikut :
No
Indikator
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
1
Frekuensi Penimbangan
<> 
> 8
> 8
> 8
2
Rerata jumlah Kader bertugas
<> 
> 5
> 5
> 5
3
Rerata cakupan D/S
<> 
<> 
> 50%
> 50%
4
Cakupan Kumulatif KB
<> 
<> 
> 50%
> 50%
5
Cakupan Kumulatif KIA
<> 
<> 
> 50%
> 50%
6.
Cakupan Kum. Imunisasi
<> 
<> 
> 50%
> 50%
7
Program Tambahan
( - )
( - )
( + )
( + )
8
Cakupan Dana Sehat
<> 
<> 
> 50%
> 50%
(Idrus M, 2006 : 4)



Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, dalam pelita IV telah dikembangkan pendekatan partisipasi masyarakat berupa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu tersebut membina masyarakat untuk berusaha menolong mereka sendiri dalam melaksanakan 5 program prioritas yang mempunyai dampak besar dalam menurunkan angka kematian bayi bumil dan balita (Anonim, 1998 : 15).
Posyandu sebagai wujud peran serta masyarakat, yang bekerja sama dengan petugas kesehatan, dilaksanakan setiap bulan dengan cara melaksanakan di posyandu yaitu dengan menggunakan 5 meja, 4 meja di gunakan oleh kader posyandu, dan 1 meja digunakan oleh petugas kesehatan.
Selain 5 program posyandu, kegiatan bulanan di posyandu juga merupakan kegiatan yang bertujuan untuk (Anonim, 2003 : 1) :
1.        Membantu pertumbuhan berat badan bayi dan anak balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
2.        Memantau perkembangan dan kesehatan ibu hamil.
3.        Memberikan konseling gizi, memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar, KB, serta penanggulangan diare.
Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan, di dalam KMS berat badan balita setiap bulan di isikan dengan titik dan dihubungkan garis sehingga membentuk grafik pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat di nilai apakah berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut-turut naik (N) atau tidak naik (T) dengan cara ditetapkan dalam buku pada panduan penggunaan KMS bagi petugas kesehatan. Selain informasi N dan T, dari kegiatan penimbangan di catat pula pada jumlah anak yang datang ke Posyandu dan ditimbang (D), jumlah anak yang tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah anak yang baru pertama kali di timbang (B), dan banyaknya anak yang berat badannya di Bawah Garis Merah (BGM). Catatan lain yang ada di wilayah kerja posyandu (S), dan jumlah yang memiliki KMS pada bulan yang bersangkutan (K).
Data yang tersedia di posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan fungsinya (Anonim, 2003 : 1) yaitu :
a.           Kelompok data yang digunakan untuk penentuan pertumbuhan balita baik untuk :
1.      penilaian keadaan pertumbuhan individu (N atau T dan BGM) dan
2.      penilaian keadaan pertumbuhan balita di suatu wilayah (% N/D).
b.        Kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program/kegiatan di posyandu (% D/S dan % K/S).
Posyandu merupakan penyatuan/penyerasian dinamis kegiatan-kegiatan dari program KIA, KB, Imunisasi, gizi serta penanggulangan Diare, untuk saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama. Posyandu adalah suatu tempat untuk mengadakan suatu kegiatan pelayanan dan penimbangan balita.
Posyandu adalah forum komunikasi, ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya sebagai upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar hidup sehat. (Sciartino, 1999 dalam Hayati 2005).
a.       Tujuan Posyandu
Tujuan penyelenggaraan posyandu yaitu mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera NKKBS) dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan. Fungsi posyandu secara umum yaitu pemenuhan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh informasi dan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sedangkan sasaran posyandu yaitu bayi (0 – 1 tahun), anak Balita (1 – 4 tahun), ibu hamil, melahirkan dan menyusui, PUS (Pasangan Usia Subur) dan kelompok sasaran lain seperti Wanita Usia Subur, Calon Pengantin, Usila dan Remaja (Idrus M, 2006 : 3)
b.      Manfaat Posyandu
Manfaat dari posyandu secara umum yaitu :
1.      Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
2.      Memperoleh bantuan sarana professional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
3.      Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait.
4.      Mendapatkan informasi terdahulu tentyang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.

c.           Indikator Posyandu
Kemajuan kegiatan Posyandu dapat diukur dari aspek input/masukan, proses, keluaran output dan dampak outcome sebagai berikut :
1.        Masukan (Input)
§  Jumlah kader terlatih
§  Ketersediaan sarana timbangan, KMS/Buku KIA dan register posyandu.
§  Adanya dukungan pembiayaan dari masyarakat setempat, pemerintah dan lembaga donor untuk kegiatan posyandu.
2.      Proses
a.  Frekuensi Posyandu Buka
§  Rata-rata Kader
§  D/K
§  Frekuensi kunjungan petugas ke posyandu
3.      Keluaran (Output)
§  Adanya pelayanan kesehatan kegiatan minimal di 5 meja
§  Adanya penimbangan
§  Adanya penyuluhan
4.      Hasil/Dampak (Outcome)
§  Meningkatkan status gizi balita
§  Berkurangnya jumlah anak yang berat badannya tidak cukup naik
§  Berkurangnya prevalensi penyakit anak (ISPA, Cacingan dll)
§  Berkurangnya prevalensi anemia ibu hamil dan menyusui.
§  Mantapnya pola pemeliharaan anak secara baik ditingkat keluarga
§  Mantapnya kesinambungan posyandu.
§   
B.     Pengertian KMS
a.       Pengertian
KMS ialah alat untuk mencatat dan mengamati perkembangan kesehatan anak yang mudah dilakukan oleh para ibu. Hasil penimbangan anak setiap bulan adalah pada Kartu Menuju Sehat (KMS), dimana terdapat grafik pertumbuhan (Suhardjo, 2003). Juga dapat diartikan sebagai ”Rapor” kesehatan dan gizi (catatan riwayat kesehatan dan gizi) balita (Depkes RI, 1996).
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI
b.      Tujuan penggunaan KMS adalah :
1)        Tujuan umum
Mewujudkan tumbuh kembang dan status kesehatan balita secara optimal.
2)        Tujuan khusus
Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal. Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal. Sebagai alat bantu bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi kepada balita.

Interprestasi grafik pertumbuhan dan saran tindak lanjut
Tabel. 2
Interpretasi Pada Sekali Penimbangan


Keadaan berat badan
Arti
Tindak lanjut
Di Bawah Garis Merah
Anak kurang gizi tingkat sedang dan berat
· Perlu pemberian makanan tambahan atau PMT yang diselenggarakan oleh orang tua atau petugas kesehatan
· Perlu penyuluhan gizi seimbang
· perlu dirujuk untuk pemerikasaan dokter
Pada daerah dua pita warna kuning (di atas garis merah)
Anak kurang gizi ringan
· Ibu dianjurkan untuk memberikan PMT pada anak balitanya di rumah
· Perlu penyuluhan gizi seimbang
Pada dua pita warna hijau muda dan dua warna hijau tua di atas pita kuning
Anak dengan berat badan normal/baik
· Beri dukungan pada ibu untuk tetap memperhatikan dan mempertahankan status gizi anak
· Beri penyuluhan gizi seimbang
Dua pita warna hijau muda ditambah dua pita warna kuning (paling atas) dan selebihnya di atas pita warna hijau tua
Anak mempunyai kelebihan berat badan
· Konsultasi dokter
· Penyuluhan gizi seimbang
· Konsultasi ke klinik gizi/pojok gizi di puskesmas




Tabel. 3
Interprestasi dua kali Penimbangan atau lebih



Keadaan berat badan
Arti
Tindak lanjut
Berat badan naik atau meningkat
Anak sehat, gizi cukup
· Penyuluhan gizi seimbang
· Beri dukungan pada orang tua untuk mempertahankan kondisi anak
Berat badan tetap
Kemungkinan terganggu kesehatannya dan atau mutu gizi yang dikonsumsi tidak seimbang
· Pemberian makanan tambahan
· Penyuluhan gizi seimbang
· Konsultasi ke dokter atau petugas kesehatan
Berat badan berkurang atau turun
Kemungkinan terganggu kesehatannya dan atau mutu gizi yang dikonsumsi tidak seimbang
· Pemberian makanan tambahan
· Penyuluhan gizi seimbang
· Konsultasi ke dokter atau petugas kesehatan
Titik berat badan dalam KMS terputus-putus
Kurang kesadaran untuk berpartisipasi dalam pemantauan tumbuh kembang anak
· Penyuluhan dan pendekatan untuk meningkatkan kesadaran berpartisipasi akatif dalam pemantauan tumbuh kembang anak


(Depkes RI, 2000)



Langkah-langkah mencatat Kartu Menuju Sehat yaitu mencatat nama posyandu, identitas anak dan orang tua pada tabel dalam KMS.
a.       Manfaat KMS (Kartu Menuju Sehat)
Manfaat KMS adalah :
1.      Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
2.      Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
3.      Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi. (Depkes RI, 2000)
B.     Buku KIA
Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan Ibu dan Anak. Ibu dan Anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali berakhir dengan kecacatan atau kematian.
Buku KIA merupakan instrumen pencatatan sekaligus penyuluhan (edukasi) bagi ibu dan keluarganya. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang kesehatan Ibu dan Anak termasuk gizi, yang dapat membantu keluarga khususnya ibu dalam memelihara kesehatan dirinya sejak ibu hamil sampai anaknya berumur 5 tahun (Balita). Semua Ibu Hamil diharapkan memakai buku KIA dan buku ini selanjutnya digunakan sejak anak lahir hingga berusia 5 tahun. Setiap kali anak datang ke fasilitas kesehatan, baik itu ke Bidan, Puskesmas, Dokter praktek, klinik atau Rumah Sakit, untuk penimbangan, berobat, kontrol, atau imunisasi, buku KIA harus dibawa agar semua keterangan tentang kesehatan anak tercatat pada buku KIA.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN, dimana balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang memiliki KMS (K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang dan naik berat badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di KMS dan digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI, 2003).
Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Meureubo yaitu data hasil rekapitulasi baduta dan balita menunjukkan bahwa dari 34 desa yang termasuk dalam  wilayah kerja Puskesmas Meureubo, hanya empat desa yang memenuhi target SPM. Sementara 30 desa lainnya di bawah target. Dengan target SPM D/S adalah 80 %.
Sementara  jumlah balita yang memiliki KMS (K/S) dengan target adalah 100% menunjukkan hanya mencapai 63 %. Hal ini masih jauh dari target yang ditentukan. Dimana semua balita harus memiliki KMS.
Berikut dalah data cakupan PWS balita dan perbandingan cakupan SKDN (PWS) anak balita laki – laki dan perempuan UPTD Puskesmas Meureubo Maret 2012.
B.       Saran
            Melihat dari permasalahan yang ada, saran yang dapat kami berikan adalah dengan meningkatkat persediaan KMS, meningkatkan peran petugas dan masyarakat dengan penyuluhan agar pengetahuan masyarakat tentang KMS bertambah.

DAFTAR PUSTAKA
6.      http://kuliahbidan.wordpress.com/2009/04/03/pertumbuhan-dan-perkembangan-bayi-balita/






Tidak ada komentar:

Posting Komentar